Sejatinya, memang harus begitu. Antara suami dan istri, harus sensi pada situasi dan kondisi pasangannya. Karena ini sangat manusiawi. Manusia kadang dihinggapi oleh sebuah kondisi yang tiba-tiba membuatnya jenuh, bosan, ingin sesuatu yang menyenangkan dan sebagainya. Ingin akan terespon baik apabila muncul dari pasangan ajakan untuk menghalau perasaan itu. Atau dengan kata lain, ide datang dari pasangan, bukan harus dari salah satu pihak.
Ajakan atau mengalirnya ide dari pasangan ini, menjadi pertanda terbukanya komunikasi yang baik bagi suami istri. Bukankah banyak pasangan yang karena kesibukannya, seolah tidak memiliki "empati" pada perasaan yang tengah terjadi dan menjadi kegalauan pasangannya? Menajamkan sifat sensi pada pasangan, menjadi bukti perhatian akan akan mendapatkan respon positif serta akan lebih mengharmoniskan kehidupan bersama orang tersayang.
Karena, kegalauan hati yang terpendam atau dipendam, tanpa adanya keperdulian dari pasangan, akan menjadi hubungan kaku, bagai air yang lama-lama membeku. Tak boleh berlangsung lama dan saatnyalah pasangan mencarikan alihan perhatian, sehingga kegalauan dan kegelisahan hati, bisa mencair. Siapa tahu, dengan alihan perhatian ini, sumber masalah yang di hadapi pasangan akan bisa ditemukan solusinya? Bukankah pikiran dan hati yang senang, memudahkan ditemukannya ide-ide berlian atas sebuah permasalahan?
Jakarta, Â akhir Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H