Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis Tentang Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menajamkan Sensi Hati Suami-Istri

31 Juli 2023   15:13 Diperbarui: 31 Juli 2023   16:50 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyaksikan dua bocah cilik bermain pasir di pantai, di tengah deburan ombak yang saling berkejaran, menjadi sebuah simponi di hati. Simponi tentang keterlapasan diri dari beban hidup dan seolah memang hidup tanpa beban. Perlu keriangan, canda tawa serta tidak terlalu fokus secara serius menghadapi hidup. Bisakah kita mengadopsi perasaan bocah-bocah tadi dalam kehidupan?

Sangat dipahami bahwa hidup, terlebih bagi mereka yang sudah berkeluarga, akan dihadapkan pada sejuta permasalahan. Hidup bukan sekedar masalah makan dan minum, namun ada hal penyerta yang menjadi pernik-pernikanya. Bila kebutuhan akan kebutuhan dasar sudah terpenuhi, dipastikan akan menyusul permasalahan di luar kebutuhan dasar tadi. Maka, memang benar bahwa dalam hidup pasti ada permasalahan, yang akan membuat hidup kadang bisa santai, bisa serius, bahkan ada yang benar-benar untuk "tersenyum" pun berat hati. Untuk menyisakan satu jam, "menikmati" indahnya gemericik air di pegunungan, atau deburan ombak di pantai, misalnya menjadi sesuatu yang susah dan mahal baginya.

Untungnya, Sang Suami sangat memahami kondisi seperti itu. Hari-hari yang dihadapi Sang Istri, bukan sekedar bagaimana ia menata rumah, mengelola uang yang ada, membuat nyaman keluarga dan sebagainya, namun bagaimana ia sebagai Istri juga bisa menabur bunga-bunga senyum, meski sebenarnya detik itu fisiknya tengah lelah atau jiwanya sedang gelisah karena sebuah persoalan.

Sang Suami senantiasa tidak tinggal diam, banyak menawarkan ide-ide kecil yang tiba-tiba terlontar dan membuat Sang Istri kembali menemukan dirinya yang bersemangat dalam mengisi hari-hari. Memang begitulah, Sang Suami maupun Sang Istri harus bisa timbal balik memahami, bagaimana suasana hati pasangannya, sehingga tidak terjadi sikap atau perilaku yang kontraproduktif bagi keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.

" Tidak usah masak hari ini, Istriku. "

" Lo, kemarin sudah belanja, itu di kulkas sudah banyak sayur dan bahan untuk buat sop. "

" Kan bisa dimasak besok. Nanti makan siang di rica-rica ikan manyung ya. "

Begitu ajak Sang Suami.

Atau, di suatu kesempatan, tiba-tiba saat Sang Suami kelihatan suntuk dengan pekerjaan, atau lagi ada masalah, ditandai dengan banyak diam, Sang Istri mendekat dan mengajak untuk keluar rumah. " Kemana? "

Sang Istri sangat paham, Sang Suami sangat menyukai sesuatu yang berbau natural. Bisa dinginnya air yang bergemericik di pegunungan, atau melihat ombak yang saling bekerjaran dan kemudian pecah di bibir pantai. Sesekali juga, hanya sekedar duduk-duduk di tepian pedestrian, di tengah kota dalam naungan pepohonan yang rindang. Semilir angina menerpa wajah sepoi-sepoi basah, di luar kota. Pada kesempatan itu, sudah disediakan makanan atau jajanan kecil kesukaan Sang Suami. Bisa kacang rebus, talas rebus atau jajanan pasar seperti onde-onde, lapis atau kue ketan lainnya.

Sejatinya, memang harus begitu. Antara suami dan istri, harus sensi pada situasi dan kondisi pasangannya. Karena ini sangat manusiawi. Manusia kadang dihinggapi oleh sebuah kondisi yang tiba-tiba membuatnya jenuh, bosan, ingin sesuatu yang menyenangkan dan sebagainya. Ingin akan terespon baik apabila muncul dari pasangan ajakan untuk menghalau perasaan itu. Atau dengan kata lain, ide datang dari pasangan, bukan harus dari salah satu pihak.

Ajakan atau mengalirnya ide dari pasangan ini, menjadi pertanda terbukanya komunikasi yang baik bagi suami istri. Bukankah banyak pasangan yang karena kesibukannya, seolah tidak memiliki "empati" pada perasaan yang tengah terjadi dan menjadi kegalauan pasangannya? Menajamkan sifat sensi pada pasangan, menjadi bukti perhatian akan akan mendapatkan respon positif serta akan lebih mengharmoniskan kehidupan bersama orang tersayang.

Karena, kegalauan hati yang terpendam atau dipendam, tanpa adanya keperdulian dari pasangan, akan menjadi hubungan kaku, bagai air yang lama-lama membeku. Tak boleh berlangsung lama dan saatnyalah pasangan mencarikan alihan perhatian, sehingga kegalauan dan kegelisahan hati, bisa mencair. Siapa tahu, dengan alihan perhatian ini, sumber masalah yang di hadapi pasangan akan bisa ditemukan solusinya? Bukankah pikiran dan hati yang senang, memudahkan ditemukannya ide-ide berlian atas sebuah permasalahan?

Jakarta,  akhir Juli 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun