Bilapun seumur hidup, perlu dibuat sistem kontrol atau pengendali apakah dalam kurun waktu Seumur Hidup tersebut pemegang-nya memang masih layak atau perlu ditinjau ulang.Â
Jangan sampai dengan alasan memegang SIM Seumur hidup, tetapi mengendari kendaraan, walau sebenarnya ia telah mengalami "perubahan kondisi" fisik dan psikologis-nya, sehingga sebenarnya tidak layak untuk berkendara di jalan raya.
Bagaimanapun, keselamatan diri dan orang lain, menjadi hal utama yang harus ditempatkan, apabila pembahasan perlu tidaknya SIM berlaku seumur hidup terus berlanjut.Â
Jangan sampai, abai dan mengesampingkan jiwa orang lain hanya karena memburu selembar kartu sebagai tanda legalitas sah dan tidaknya berkendara di jalan raya. Sekali lagi, substansi keselamatan jiwa, lebih utama dari segalanya.
Salam hormat di awal pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H