" Ya sudah, nanti sekitar empat jam dari sekarang ya, aku telpon lagi. "
        Telpon segera ditutup bersamaan dengan terdengar langkah Ratna mendekati Yali. Tadi Fanny bicara ingin bertemu, dia mengabarkan suaminya sudah terbang ke luar Jakarta. Kebiasaan perempuan itu pasti ingin bertemu dengan Yali begitu suaminya berangkat ke tempat kerjanya. Yali pasti menyediakan waktu untuk menemuiinya.
        Kini, Yali ada di belakang jeruji besi di sebuah Lembaga Permasyarakatan di luar Jakarta. Ia mengenakan kaos. Duduk, melihat beberapa teman sesame Napi melakukan kegiatan olah raga ringan di lapangan depan blok-nya. Ia, harus menjalani pidana atas perbuatannya yang menyebabkan kerugian Negara.
        Satu persatu hartanya disita Tim Pemberantas Korupsi, harta yang ia sembunyikan, yang ia atas namaka orang lain, yang ia "tanam" di beberapa titik" tetap saja terendus oleh Tim. Ia tidak bisa lagi mengelak, karena faktanya memang seperti itu.
        Yang menyesakan dadanya adalah, hubungan khususnya dengan Fanny maupun Bintang, sudah terdengar di telinga istri dan anaknya. Ia tidak tahu keputusan apa yang bakal ia terima dari istrinya. Ia sangat sedih saat ini.
        Tidak tahu sampai kapan kesedihan ini, lebih-lebih tadi salah satu adiknya datang membezuk dan mengabarkan  keadaan keluarga yang "kurang baik-baik". Mereka semua sangat tertekan, malu dan tidak bisa seperti dulu lagi, leluasa berkomunikasi dan interaksi dengan kolega maupun tetangga. Sejak Yali ditetapkan sebagai tersangka, mereka semua seperti menjauh dan memandang rendah.
        " Kami seperti ikut menjadi tersangka, Bang. "
        Begitu ucap adik Yali.
        Yali hanya diam tak bisa memberi komentar.
Sabtu 3 Desember 2022
Salam anti korupsi