Mohon tunggu...
Herdoni Syafriansyah
Herdoni Syafriansyah Mohon Tunggu... Seniman - Tidak Penting.

Herdoni Syafriansyah. Aku adalah cinta, tak hidup tak mati. Tersinggah di tempat paling magis di muka bumi paling manis sejak 7 Oktober 1991 hingga dalam kesadaran sejati.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Peribahasa Musi Banyuasin dan Artinya

28 Agustus 2015   19:22 Diperbarui: 28 Agustus 2015   19:22 4960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

            Kalau bambu itu banyak, kemudian diikat-ikatkan atau dirangkaikan menjadi satu, barulah dapat menjadi suatu benda berguna yang bernama rakit yang mengapung di sungai. Kalau bambunya hanya sebatang, tidak mungkin akan dapat menjadi rakit. Seumpama dalam melaksanakan suatu tujuan bersama/pekerjaan yang besar, kalau hanya sendirian sangat sulit untuk dapat mencapainya. Tetapi, kalau bersama-sama bahu-membahu saling membantu maka besar harapan tujuan atau pekerjaan tersebut akan dapat dicapai/diselesaikan. Jadi arti peribahasa ini ialah jikalau hanya seorang diri yang berusaha maka sangat sulit untuk dapat menjadikan/ mencapai sesuatu, dibutuhkan kebersamaan dan bantuan segala pihak agar keinginan yang diharapkan dapat terlaksana.

  1. Negakke benang basah = mendirikan benang basah

            Kalau benang itu sedang basah maka hampir mustahil untuk dapat didirikan (dibuat tegak). Peribahasa ini menunjukkan sesuatu keadaan di mana ada sesuatu yang hampir mustahil/ teramat sangat sulit untuk dapat dilaksanakan.

  1. Mbak bakulak anak ayam = Bagai menggantang anak ayam

            Biasanya tidak mudah memasukkan anak ayam ke dalam kulak atau gantang. Dimasukkan dua ekor, keluar seekor; dimasukkan yang lain keluar lagi yang lain. Begitulah pula halnya dengan peribahasa ini, maksudnya adalah seperti kita mengumpulkan orang –ada yang datang, lantas kemudian ada pula yang pergi. Sehingga tidak mudah untuk mengumpulkan orang-orang tersebut, dalam hal beginilah dikatakan: “Mbak bakulak anak ayam”.

  1. Takut di antu, belaghai ke kuburan = Takut sama hantu, berlari ke kuburan

            Arti dari peribahasa ini adalah orang tersebut pada mulanya mengkhawatirkan akan kerugian yang sedikit/ persoalan yang sepele, namun yang terjadi justru ia mendapatkan kerugian besar. Itulah yang dimaksudkan dengan peribahasa, “Takut di antu, belaghai ke kuburan”.

  1. Nguluke tupai naik puo = mengajak tupai naik batang puar.

           Tidak diajak saja tupai sudah biasa naik pohon. Jadi arti pribahasa ini ialah kita mengajak orang mengerjakan sesuatu, padahal pekerjaan itu memang sudah menjadi keahliannya; kita mengajari orang lain –padahal orang itu lebih pintar dari kita.

  1. Dak begawe dagu dak begoyang = Tidak bekerja maka tidak makan

              Jadi arti pribahasa ini ialah kalau  tidak bekerja tidak akan mendapat penghasilan. Kalau mau mau makan harus mau bekerja, kalau tidak mau bekerja atau malas bekerja tidak akan mendapat penghasilan atau tidak bisa makan. 

  1. Rejeki pipit dakke dapat oleh lang = Rezeki burung pipit tidak akan dapat oleh burung elang

              Pipit adalah jenis burung yang kecil, sedangkan burung elang adalah jenis burung yang besar dan kuat. Walaupun burung elang itu besar dan kuat, tetapi kalau rezeki itu untuk burung pipit, tetap juga pipit yang mendapatkannya. Jadi arti pribahasa ini menunjukan kalau rezeki itu untuk kita, maka bagaimanapun kita juga yang akan mendapatkannya, meskipun ada orang lain yang  lebih kuat menginginkannya.

  1. Bodoh bagak kanji melali = Bodoh bangga kenes melupa

                 Bodoh bagak artinya ialah ada orang yang bodoh tetapi tidak dapat menyadari kebodohannya, bersifat bangga serta sok hebat. Kanji melali artinya banyak bicara dan banyak tingkah (centil/genit, dsb) serta tidak dapat mengendalikan dirinya. Arti dari peribahasa ini ialah tentang orang yang bodoh tetapi gayanya sok pintar; sok hebat, tahu segalanya … lengkap sudah dengan ia pun tidak dapat mengendalikan dirinya. Kalau hal tersebut tidak dapat di kendalikan, maka tentulah alamat binasa diri sendiri.

  1. Mbak bakatak nekup labu = Bagai katak mendekap labu.

                  Katak itu binatang yang kecil, sedangkan labu itu jauh lebih besar dari dirinya. Jadi, arti peribahasa ini adalah keadaan seseorang yang ingin mencapai sesuatu yang besar, namun apalah daya keadaan tidak memperkenankannya. Hampir serupa dengan peribahasa, “Niat hati hendak memeluk gunung, apalah daya tangan tak sampai”.

  1. Ughang ngantuk surungke bantal = Orang ngantuk dorongkan bantal.

                  Arti peribahasa ini ialah menunjukan keadaan yang pas sekali. Ketika ada orang yang membutuhkan atau mengharapkan sesuatu, kemudian ada orang lain yang memberikannya. Itulah makna dari peribahasa Ughang ngantuk surungke bantal.

  1. Mbak kebau tarik buling = Bagai kerbau ditarik buling.

                  Di hidung kerbau itu di pasang tali buling. Kalau orang mau membawa kerbau itu, maka ditarik tali buling tersebut. Kemana saja kerbau itu akan menurut. Arti peribahasa ini adalah ibarat orang yang selalu saja menurut kehendak orang. Maka orang seperti itu dikatakan seperti “ kebau tarik buling”.

  1. Mbak miaro anak imau = Bagai memelihara anak harimau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun