Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Budaya

Alumnus Universitas Islam Indonesia 2001. Pecinta budaya dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jendela Mbah Badut

5 Februari 2024   10:08 Diperbarui: 19 Februari 2024   08:14 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu suasana riuh, lima anak usia sekolah dasar tertawa lepas dibawah pohon jambu air tua. Mereka berlima duduk diatas tanah berdebu. Aan dan Andi duduk paling depan, sementara Wati, Dewi dan Puspa duduk menyandari pohon jambu, sambil mengunyah pentol curah. Sesekali Andi berdiri mendekati jendela hijau kusam itu.  Mereka berlima melihat pertunjukan badut, meski hanya melalui jendela hijau kusam itu.

"Ayo Mbah Badut, menari lagi Mbah" pinta Andi dengan girang.

Orang tua berkostum badut itu terengah-engah, napasnya menjadi berat, kelelahan setelah lima belas menit menari badut.

"Mbah capek nak, ganti mendongeng saja yaa, tapi sebentar mbah tak duduk istirahat sebentar saja, hufftttt" jawab Mbah Badut sambil menarik topeng badutnya keatas kepala, keringatnya bercucuran. Dewi segera bangkit, memberikan segelas air mineral yang sudah disiapkan, puspa memberikan kue nogosari. Mereka berlima selalu bersepakat, setiap jumat sore bersama-sama menonton pertunjukan Mbah Badut, sambil wajib membawa makanan dan minuman semampunya untuk diberikan kepada Mbah Badut.

"Dongeng tentang apa Mbah", jawab Puspa senang, ia memang suka sekali mendengar dongengan Mbah Badut, biasanya tentang kisah hewan-hewan.

"Dengarkan baik-baik ya anak-anak, Mbah tak mendongeng tentang seekor kura-kura yang tidak mau menuruti nasehat baik", jawab Mbah Badut agak pelan sambil menghabiskan kue nogosari  yang tinggal separuh lalu meminum air mineral pemberian fans nya itu.

"Asyikkk, kami siap mendengarkan mbah", jawab Aan.

"Iya Mbah, kami siap mendengar dongeng Mbah", susul yang lain.

Mbah Badut memuli dongengnya.

"Syahdan di sebuah sendang hiduplah puluhan ekor ikan, sepasang bangau dan seekor kura-kura. Disebabkan musim kemarau yang sangat panjang, sendang itu terancam kekeringan. Sepasang bangau yang baik hati itu menawari ikan-ikan untuk dibawa ke sendang  di seberang bukit yang masih banyak airnya. Satu persatu ikan digigit, dibawa terbang, menuju sendang dibalik bukit itu. Hingga semua ikan telah dipindahkan. Tinggal seekor kura-kura yang kebingungan, ia ingin selamat , tetapi bagaimana caranya.....?"

"Dewiii, pulang kamu!!!" Mbah Badut segera menutup jendelanya, dikunci dari dalam, dongeng Mbah Badut terhenti oleh suara teriakan bernada marah seorang perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun