"Mas mudik naik apa?". Tanya Harsono memecah lamunanku.
"Naik kereta api le". Jawabku.
"Kok nggak ngabari ketika sampai stasiun, mas kan bisa aku jemput di sana". Kata Harsono yang adikku.
"Mbak sama keponakan kok nggak ikut Mas?". Lanjutnya.
"Enggak Har, aku memang berniat mudik sendirian, nanti saja pas lebaran tak mudik bareng anak-anak dan istri". Jawabku.
Kemudian istri Harsono masuk membawa teh panas.
"Ini mas teh nya, silahkan diminum, lumayan untuk menyegarkan badan setelah perjalanan jauh. Tasnya Mas tak bawanya ke kamar mendiang Bapak, sekalian kamarnya saya rapikan dulu mas". Kata istri Harsono ramah.
Setelah minum teh dan ngobrol sebentar, aku beranjak mandi. Setelah sholat isak yang terpaksa aku jamak dengan magrib, kami makan malam sambil ngobrol.
"Rumah Bapak kamu rawat dengan baik ya Lebahkan tambah asri saja" pujiku membuka obrolan.
"Iya lah Mas, tinggalan Bapak harus kita rawat, baik peninggalan fisik maupun pelajaran hidup". Jawab Harsono yang adikku.
"Nah, itu Le, soal tinggalan pelajaran hidup, mas pengen berbicara dengan kamu. Mas mu ini dulu memandang Bapak kurang utuh". Kataku.