Namun yayuk rupanya telah terbiasa dengan kondisi tersebut, yakni kesibukan membuat penganan di dapur dengan tenaga tuanya.
Dari berjualan Pecel inilah yang menjadi pundi-pundi rupiah bagi yayuk, dan yayuk berjualan pecel telah amat cukup lama yakni separuh dari usia dipakai guna berjualan.
Yang mana uang tersebut yayuk kumpulkan dengan telaten, untuk di kirim ke kampung halaman. Guna kepentingan membayar tenaga buruh yang menggarap sawah miliknya.
Membayar sewa traktor, membeli pupuk yang harganya tak murah. Serta untuk kebutuhan harian keluarga yayuk di desa. Per-dua minggu yayuk terkadang dapat mengantungi sekitar kurang lebih 2 juta rupiah. Â
Dan uang tersebut telah memiliki posko-nya masing-masing, kendati demikian yayuk tetap semangat berjualan. Mengayuh sepedanya seraya berteriak.
Pecel.... Pecel.... Pecel....
Jakarta, 22/9/2023
Salam Kompasiana
Hera Veronica Suherman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H