Mohon tunggu...
Ha Deje
Ha Deje Mohon Tunggu... -

wanita bodoh namun giat berusaha

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Goodbye Customer Service

23 Mei 2016   23:54 Diperbarui: 24 Mei 2016   00:11 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini pukul 10:14 saat kalimat awal ini saya ketik melalui smartphone.

Gak bisa tidur, badan pegal,kepala sakit, dan saat memejamkan mata  banyak sekali lintasan-lintasan pikiran yang muncul. 

Kepala sakit ini mungkin dipersembahkan oleh air hujan sejak dari tanah abang tadi. Badan pegal sudah pasti disponsori oleh toko-toko di tanah abang. Gila ya, kalau dipikir-pikir, jaman sekolah dulu upacara 1 jam sambil berdiri aja rasanya sudah pegal bukan main. Lha ini ngelilingin tanah abang dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore kuat banget. Tapi rasanya semua terobati ketika nemu toko yang kualitas barangnya bagus, abang-abang yang jaga ganteng, dan harganya 25-30 ribu lebih murah dari toko yang lain. 

Dan lintasan-lintasan pikiran ini muncul.

Tentang sahabatku sejak SMA si Boni yang akhir tahun ini mau nikah. Walaupun turut berbahagia, tapi muncul pertanyaan besar dalam hatiku, kapan giliranku menikah ?.

Boni adalah satu-satunya kawan SMA yang sampai sekarang masih intens jalan bareng (entah nanti ketika dia udah merid). Boni jumpa dengan pacarnya si Lae  via jejaring sosial Facebook. Pokoknya entah gimana ceritanya sejak itu mereka pacaran sampai sekarang dan memutuskan akhir tahun 2016 ini akan segera melangsungkan pernikahan di Medan sana. Bisa dikatakan nasib Boni saat ini kurang begitu beruntung. 

Setelah di PHK dari pabrik baju tempatnya bekerja, Boni sempat bekerja jadi guru TK selama beberapa bulan dengan bayaran Rp 300.000/bulan. Gila ya. Kata Boni juga gila ya, bayaran dia di pabrik tempatnya dulu bekerja saja masih 4 x lebih dari itu. Tapi bekerja jadi guru TK itu tidak berlangsung lama, akhirnya Boni keluar dan sekarang dia jualan baju keliling kampung. Bayarnya dicicil. Jika dibandingkan dengan aku saat ini, secara materi mungkin aku masih dibilang lebih beruntung. Tetapi tidak secara batin.. 😭

Bekerja disini dari Senin sampai Sabtu membuat waktuku benar-benar penuh. Masih sempat sih shoping-shoping atau nyalon karena kantorku gak jauh dari mall. Biasanya aku shoping kalau suasana hatiku sedang marah, sedih, atau suntuk banget gara-gara urusan kantor. Sejauh ini sih mood aku dipengaruhi sama kerjaan, bayangin aja lebih dari 10 jam dikantor ngurusin kerjaan. Belum lagi kalau siangnya nanganin customer resek. Resiko kerja jadi customer serpis ! Dari jam 8 sampai jam 3 sore aku nanganin bermacam case customer. 

Belum lagi yang komplain. Belum lagi yang komplainnya sambil ngotot. Belum lagi yang komplainnya sambil ngata-ngatain. Belum lagi yang komplainnya sambil meremehkan. Huft. Jadi panjang kan. Kalau moodnya lagi bagus dan si customer komplainnya sesuatu yang tidak masuk akal,biasanya aku melawan customer tersebut dengan tegas. Ibaratnya situ teriak, sini teriak. Walaupun sebenarnya itu tidak dibolehkan 😬, persetan lah. Yang lucunya, ada beberapa customer yang menanyakan sesuatu yang rasanya tuh pengen ditampol banget, semisal : 

"Mbak, kerja disini lulusan apa sih ? SMA ya ? Apa D 3?" 

"Mbak, gaji disini berapa sih ? UMR ya ?"

Helloow.. Walopun kerjaan gue didepan ngadepin customer bermacem rupa macem elu ye, yang mintanya macem-macem, yang walopun ngutang tapi tetep songong, asal lu tau ya, minimal kerja di perusahaan ini tuh ijasah S 1. Dan gaji gue jauh diatas UMR ! Catet tuh ! 

Customer yang gak mau dikenain denda karena telat bayarpun seringkali mencaci. 

Customer yang merasa disusahkan karena persyaratan yang bersifat administratif, sering juga memaki. 

"Kok kayak ular berkepala lima ya!"

"Dasar monyet!"

"Ini namanya pemerasan !"

dan bla bla bla. 

Astaghfirullah.. Tuhkan jadi emosi. 

Inilah. Bekerja 5 tahun dibidang seperti ini lama-lama membuatku tidak waras. Ada sesuatu yang salah didalam sini. Bayangkan, setiap aku berjalan di mall, di pasar, di dalam kereta, dimanapun setiap melihat orang-orang yang tidak dikenal, aku merasa bahwa orang-orang itu jahat. Semua orang jahat! Mungkin itu akibatnya keseringan dicaci maki overload. Itu apa ya namanya. Aku nyebutnya mungkin dampak psikologis Customer service. 😅 Gak taulah. 

Sebenarnya tidak semua customer seperti itu. 

Banyak juga yang nice-nice aja. Semisal karena si Bapak ngerasa terbantu oleh pelayananku, dia kasih dong itu kue satu loyang besar buatku. 

Ada juga Ibu-ibu yang jodohin aku buat anaknya. 

Ada lagi customer bujang yang udah lumayan tua terang -terangan ngelamar aku buat jadi istrinya. 

Kalo diinget-inget lagi sebenarnya banyak juga customer-customer yang menyenangkan.

Dan dari seringnya bertemu dengan orang yang berbeda setiap hari, rasa percaya diriku jadi naik. Aku juga jadi belajar banyak tentang karakter bermacam orang. Melatih bagaimana meredam emosi. Belajar bagaimana dengan keadaan emosi tapi harus tetap bersopan-sopan dengan kata-kata yang tertata rapi tanpa emosi yang meluap-luap. 

Tapi, yang namanya customer komplain, tetap akan ada. Namanya juga perusahaan jasa. Apalagi menyangkut duit. Ibaratnya nih, duit itu gak kenal sodara. Yang sodara aja bisa berantem, apalagi sama orang lain (Perusahaan gue -misalnya). Dan apesnya cungpret macam gue lah yang jadi tameng. 😅

Atas dasar semua diatas itulah Minggu lalu aku bicara dengan si bos tentang rencana pengunduran diri. Surat resign sendiri baru akan diajukan resmi 1 Juni mendatang. Tapi kupikir lebih baik bicara jauh hari sama si bos sebelum dia terkaget kaget. 

"Jadi tuh gini pak. Sebenernya saya ngundurin diri bukan karena siapa-siapa. Atasan-atasan semuanya baik . Teman-teman kantor nice-nya overload. Ini murni karena diri saya sendiri Pak. Saya sudah tidak mau bekerja jadi CS lagi. Bla bla.." aku jelaskan ke si bos. Gak semua sih, bagian gue yang udah nggak mau jadi tameng perusahaan gak dijelasin ke si Bos. Yakali, keliatan cemen banget kalo gue jelasin ke Bos. Walopun aslinya emang cemen ya 😅

Rencana pengunduran diri aku pun menyebar ke berba gai cabang. Masalah baru muncul. Pak Operation Division Head di HO sana nyuruh aku bertahan. menyusul masalah lain, jika aku jadi risen, maka gak ada cabang lain yang bersedia meminjamkan CSnya buat cabangku karena bulan-bulan ini perusahaan emang lagi sibuk-sibuknya. Sebenernya itu udah bukan urusanku lagi sih ya. Lagipula pengunduran diri karyawan kan termasuk hak asasi setiap manusia. 

Nanti kalo udah nganggur mungkin aku bakal sering nulis.

hoahm. 😴

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun