Ini pukul 10:14 saat kalimat awal ini saya ketik melalui smartphone.
Gak bisa tidur, badan pegal,kepala sakit, dan saat memejamkan mata  banyak sekali lintasan-lintasan pikiran yang muncul.Â
Kepala sakit ini mungkin dipersembahkan oleh air hujan sejak dari tanah abang tadi. Badan pegal sudah pasti disponsori oleh toko-toko di tanah abang. Gila ya, kalau dipikir-pikir, jaman sekolah dulu upacara 1 jam sambil berdiri aja rasanya sudah pegal bukan main. Lha ini ngelilingin tanah abang dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore kuat banget. Tapi rasanya semua terobati ketika nemu toko yang kualitas barangnya bagus, abang-abang yang jaga ganteng, dan harganya 25-30 ribu lebih murah dari toko yang lain.Â
Dan lintasan-lintasan pikiran ini muncul.
Tentang sahabatku sejak SMA si Boni yang akhir tahun ini mau nikah. Walaupun turut berbahagia, tapi muncul pertanyaan besar dalam hatiku, kapan giliranku menikah ?.
Boni adalah satu-satunya kawan SMA yang sampai sekarang masih intens jalan bareng (entah nanti ketika dia udah merid). Boni jumpa dengan pacarnya si Lae  via jejaring sosial Facebook. Pokoknya entah gimana ceritanya sejak itu mereka pacaran sampai sekarang dan memutuskan akhir tahun 2016 ini akan segera melangsungkan pernikahan di Medan sana. Bisa dikatakan nasib Boni saat ini kurang begitu beruntung.Â
Setelah di PHK dari pabrik baju tempatnya bekerja, Boni sempat bekerja jadi guru TK selama beberapa bulan dengan bayaran Rp 300.000/bulan. Gila ya. Kata Boni juga gila ya, bayaran dia di pabrik tempatnya dulu bekerja saja masih 4 x lebih dari itu. Tapi bekerja jadi guru TK itu tidak berlangsung lama, akhirnya Boni keluar dan sekarang dia jualan baju keliling kampung. Bayarnya dicicil. Jika dibandingkan dengan aku saat ini, secara materi mungkin aku masih dibilang lebih beruntung. Tetapi tidak secara batin.. ðŸ˜
Bekerja disini dari Senin sampai Sabtu membuat waktuku benar-benar penuh. Masih sempat sih shoping-shoping atau nyalon karena kantorku gak jauh dari mall. Biasanya aku shoping kalau suasana hatiku sedang marah, sedih, atau suntuk banget gara-gara urusan kantor. Sejauh ini sih mood aku dipengaruhi sama kerjaan, bayangin aja lebih dari 10 jam dikantor ngurusin kerjaan. Belum lagi kalau siangnya nanganin customer resek. Resiko kerja jadi customer serpis ! Dari jam 8 sampai jam 3 sore aku nanganin bermacam case customer.Â
Belum lagi yang komplain. Belum lagi yang komplainnya sambil ngotot. Belum lagi yang komplainnya sambil ngata-ngatain. Belum lagi yang komplainnya sambil meremehkan. Huft. Jadi panjang kan. Kalau moodnya lagi bagus dan si customer komplainnya sesuatu yang tidak masuk akal,biasanya aku melawan customer tersebut dengan tegas. Ibaratnya situ teriak, sini teriak. Walaupun sebenarnya itu tidak dibolehkan 😬, persetan lah. Yang lucunya, ada beberapa customer yang menanyakan sesuatu yang rasanya tuh pengen ditampol banget, semisal :Â
"Mbak, kerja disini lulusan apa sih ? SMA ya ? Apa D 3?"Â
"Mbak, gaji disini berapa sih ? UMR ya ?"