"Sahabatmu, si Rere. Dia bilang kalau sewaktu aku di penugasan kamu pergi dengan laki-laki lain"
"Terus abang percaya?
Dinda menjelaskan semua yang terjadi, bahkan Dinda juga mengatakan tentang pertemuannya dengan Putra.
"Dia telah begitu menerimaku apa adanya, dia bahkan tak pernah meragukan aku sedikitpun, dia tau bahwa aku masih mencintaimu, tetapi dia tetap mau melamarku. Dia telah membuktikan cintanya. Dan kita berencana nikah tahun depan. Sedangkan abang dari awal kita menjalin hubungan, abang tidak pernah membahas tentang masa depan kita. Selalu menolak pembahasan itu"
Satria menatap Dinda tanpa kata. Tak terasa mata Satria berkaca-kaca. Hembusan air laut merasuk ke tulang. Nampaknya air laut ikut menyaksikan kisah haru ini. Satria tak berhenti untuk meminta maaf kepada Dinda atas kesalahpahaman ini.
Beberapa hari setelah itu, Dinda mengambil sebuah keputusan untuk kembali kepada Satria. Dan Dinda memberikan penjelasan kepada Putra.
"Tidak apa-apa Din, aku tidak sakit hati sama Dinda. Mas memang sayang sama Dinda, tapi Dinda juga berhak memilih. Semoga Dinda bahagia ya, doakan aku juga segera menemukan pendamping hidup yang seperti Dinda"
Keputusan Dinda membuat hati Satria senang dan bergegas untuk melamar Dinda. Mereka sama-sama mencoba untuk melupakan kejadian yang telah mereka lalui. Dinda dan Satria hidup bahagia, proses menikah di Kantor Satria yang tidak mudah dilewati membuat mereka lebih memahani arti dari perjuangan. Begitu juga kejadian yang mereka alami, membuat mereka mengerti akan pentingnya saling percaya dalam sebuah hubungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H