"Sayang, aku benar-benar rindu. Apa kabar kamu disana. Rasanya aku ingin waktu ini cepat berlalu Aku rindu hari-hariku penuh dengan canda tawamu. Aku memang sering tanpa kabar darimu. Tapi kali ini beda, kali ini kamu pergi untuk menjaga perbatasan negara. Di tempat terpencil. Tempat yang tidak bisa dijangkau jaringan ponsel. Cepatlah kembali sayang" kata Dinda dalam hati sambil melihat foto mereka saat di dermaga.
Mentari pagi bersinar sangat indah. Hembusan angin terasa syahdu. Pagi ini suasana hati Dinda sedikit membaik. Dinda selalu ingat kata-kata satria untuk selalu semangat dan menantinya kembali. Kebetulan hari itu hari minggu. Dinda ada janji untuk menemani Rere membeli sebuah kain di butik pusat kota
"Din, bagaimana? Sudah ada kabar dari kekasihmu?" sahut Rere
Rere adalah sahabat dekat Dinda. Mereka berdua sudah seperti saudara yang selalu berbagi rasa suka dan duka.
"Belum Re,,, bang satria belum memberi kabar sama sekali. Aku benar-benar cemas. Ponselnya tidak bisa dihubungi"
"Sabar ya, Din..... mungkin disana tidak ada signal"
"iya Re, kemarin sebenarnya sempat memberi kabar lewat SMS kalau bang Satria sudah sampai di Kotanya. Tinggal nunggu berangkat ke posnya. Dan ponselnya mati karena dikapal berebut untuk charger. Kemungkinan nanti kalau sudah sampai di pos tidak ada signal sama sekali. Karena benar-benar di tengah hutan. Tapi sayang banget aku pas tidak pegang ponsel. Jadi begitu aku balas ponselnya sudah tidak aktif lagi. Sedih banget tau, Re "
"Gak apa-apa, Din... itu adalah bagian dari perjuangan cinta kalian. Doakan saja yang terbaik" jawab Rere sambil memeluk Dinda.
"Makasih ya, Re.. kamu memang sahabat terbaik"
Mereka kemudian menyelesaikan belanjanya dan dilanjutkan makan siang di salah satu warung makan samping butik. Waktu terus berjalan, tak terasa sudah hampir 5 bulan Dinda ditinggal kekasihnya. Â Satria selalu menyempatkan waktu untuk memberi kabar kepada Dinda. Membuat hati Dinda penuh bahagia dengan canda tawanya. Meskipun hanya sekali atau duakali dalam sebulan. Hal itu tidak membuat hati Dinda bersedih. Dinda tau resiko menjadi kekasih seorang prajurit. Yang tidak bisa memberikan seluruh waktunya layaknya lelaki diluar sana. Meskipun kabar yang singkat pun sudah bisa membuat hati Dinda tenang. Setidaknya kekasihnya dalam keadaan yang baik-baik saja. Banyak hal yang bisa Dinda pelajari menjadi kekasih seorang abdi negara. Yang harus benar-benar setia saat ditinggal bertugas .
Hingga pada akhirnya ada sesuatu hal yang tidak dimengerti oleh Dinda. Beberapa waktu Sikap satria berubah total. Yang awalnya penyayang, lembut dan penuh canda tawa. Tiba-tiba menjadi kasar, pemarah dan tidak peduli kepada Dinda. Dinda yang mengetahui hal itu menjadi hancur. Disaat jarak memisahkan tetapi justru pertikaian selalu menghampiri.