Mohon tunggu...
Hensi Margaretta
Hensi Margaretta Mohon Tunggu... Konsultan - Pendidik, Trainer, Konsultan, Professional Coach

Fasilitator Sekolah Penggerak Angkatan 2, International Certified of Master Trainer of Education, Master Trainer of FIRST-ADLX, Associate Consultant of NICE Indonesia, ROOTs Consultant

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengembangkan Literasi Sekolah Melalui Budaya Bertutur di SD Negeri 6 Banyuasin III

9 Januari 2023   09:07 Diperbarui: 9 Januari 2023   22:55 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Bertutur Kelas Tinggi/dokpri

“Semangat…”, teriak anak-anak.

Pagi itu pecah dengan suara gemuruh tepuk-tangan peserta upacara dan teriakan siswa SD Negeri 6 Banyuasin III.

Seorang anak maju ke depan podium dengan penuh percaya diri. Langkah kakinya mantap menaiki podium yang memiliki tinggi lima puluh centimeter tersebut. Dia pun bergegas mengatur postur tubuh mungilnya di atas podium. Sambil menarik nafas yang dalam, dia pun mulai bertutur.

Gambar 3. Bertutur Kelas Tinggi/dokpri
Gambar 3. Bertutur Kelas Tinggi/dokpri

“Assalamu’alaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Winanda, saya adalah murid kelas VI B. Saya akan menceritakan tentang Wayang Kulit…”

Winanda berhasil membawakan certia Wayang Kulit versinya dengan baik. Cerita tersebut berhasil menghipnotis seluruh peserta upacara hari itu. Hadirin yang hadir mengapresiasi penampilannya dengan memberikan tepuk tangan dan sorak-sorai gembira. Upacara pagi itu menjadi begitu semarak.

Gambar 4. Siswa Antri Bertutur/dokpri
Gambar 4. Siswa Antri Bertutur/dokpri

Peserta bertutur lainnya pun bergiliran naik ke atas podium dan menyampaikan ceritanya kepada seluruh peserta upacara.

Penutup 

Tradisi Tutur atau Bertutur merupakan bentuk kearifan lokal dengan menggunakan lisan untuk menyampaikan suatu berita, informasi atau cerita tertentu. Tradisi ini sudah hampir punah di kalangan masyarakat Indonesia.

Bertutur bukan hanya merawat kearifan lokal namun juga menjaga budaya yang berkelanjutan. Apalagi di tengah pergeseran budaya dimana kehadiran Generasi Z yang sudah hampir melupakan kebudayaan lokal dan menghabiskan sebagian besar aktivitas bermainnya menggunakan teknologi dan gadget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun