Literasi, terutama literasi baca tulis menjadi salah satu literasi dasar yang wajib dikuasai oleh para siswa sekolah untuk menumbuhkan kemampuan serta keterampilan siswa dalam membaca dan menulis.
Oleh sebab itu, budaya literasi di sekolah mesti ditumbuhkembangkan agar siswa dapat membiasakan diri mencari informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang berguna untuk dirinya.Â
Semakin besar siswa sadar akan pentingnya literasi maka semakin baik pula mutu pendidikan kita. Dengan demikian sekolah perlu mencari cara untuk meningkatkan budaya literasi, terutama membaca di kalangan siswa sekolah. Guru-guru pun perlu memberikan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam literasi.
Budaya Bertutur SDN 6 Banyuasin III
Pemerintah setempat melalui Dinas Pendidikan Banyuasin menggalakkan sebuah program bagi peningkatan literasi sekolah melalui program yang bernama Program si Manis Kabupaten Banyuasin. Si Manis merupakan singkatan dari Siswa gemar Membaca dan Menulis. Melalui program ini diharapkan sekolah-sekolah yang ada di Banyuasin, khususnya, dapat meningkatkan minat membaca dan menulis siswa-siswanya di sekolah.
Program si Manis dari pemerintah kemudian disambut positif oleh sekolah-sekolah yang ada di Banyuasin, termasuk SD Negeri 6 Banyuasin III. Salah satu kegiatan yang sekolah ini galakkan adalah Budaya Bertutur atau Bercerita.
Secara definisi, kata bertutur memiliki arti berkata-kata atau bercakap-cakap. Bertutur dapat diartikan juga berbicara, berbincang atau berbicara. Dalam hal ini, kegiatan bertutur yang dimaksudkan adalah bercerita atau menyampaikan suatu cerita.
Kegiatan Bertutur yang dilakukan SD Negeri 6 Banyuasin III ini ingin mengangkat kembali tradisi atau kebiasaan lama masyarakat dalam bercerita atau berhikayat. Di samping itu, kegiatan ini digalakkan untuk memotivasi dan menumbuhkan minat baca anak didik sejak dini.
Kegiatan Bertutur ini rutin dilaksanakan setiap hari Senin pagi pada saat kegiatan upacara bendera sekolah. Secara regular, guru akan mendata siswa yang ingin menyampaikan ceritayang telah mereka baca ke depan podium. Tidak ada paksaan bagi para siswa tersebut untuk bercerita.Â
Kesempatan tersebut diberikan secara adil dan terbuka kepada setiap siswa yang ingin dan tertarik untuk menyampaikan sebuah cerita di hadapan teman-temannya. Pun, tidak ada batasan cerita atau cerita wajib yang mesti dibawakan.Â
Mereka bebas untuk bertutur apa saja berdasarkan buku yang telah mereka baca. Kegiatan ini disambut antusias oleh para siswa. Bahkan, ada banyak siswa yang pada akhirnya berbondong-bondong mendaftarkan diri mereka untuk menjadi salah satu peserta Bertutur pada kegiatan upacara bendera setiap hari Senin pagi. Meskipun sempat kewalahan, para guru pun berinisiatif melakukan seleksi terhadap siswa untuk tampil bertutur secara bergiliran setiap hari Senin pagi.