Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gadis Berambut Panjang di KRL Bogor - Manggarai

4 Mei 2024   18:20 Diperbarui: 4 Mei 2024   18:48 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Antara/Arif Firmansyah via Kompas.com. 

Tidak seperti pada tahun-tahun pertama, kini aku tidak perlu terburu-buru mengejar KRL terpagi di Stasiun Bogor untuk mendapatkan tempat duduk menuju UI di Depok. 

Sudah tiga bulan ini jadwal keberangkatanku bisa aku tentukan sendiri sesuai dengan jadwal janji dengan Dosen Pembimbing. 

Setelah tiga bulan dalam bimbingan Thesis, bahkan mulai minggu ini aku hanya setiap Rabu dan Sabtu saja memenuhi jadwal bimbinganku. 

Seperti pada Rabu pagi ini, sejak pukul 9.00 aku sudah berada di gerbong KRL, duduk dengan manis di deretan kursi yang relatif kosong karena pada jam-jam tersebut memang sudah sepi dari para pengguna KRL yang bekerja di Jakarta. 

Hanya menunggu 10 menit saja KRL berangkat menuju arah Manggarai Jakarta. Biasanya sampai di Stasiun UI sekitar satu jam kemudian tiba di sana. 

Pemberhentian pertama adalah Stasiun Cilebut. Hanya beberapa saat, KRL kembali berangkat menuju Stasiun Bojonggede. 

Saat berhenti dan pintu KRL terbuka, aku melihat seorang gadis berambut panjang itu naik dan duduk persis di depanku. 

Ini adalah yang kedua kali aku bertemu dengannya. Pertemuan yang pertama Rabu pekan lalu pada jam sama di stasiun yang sama. 

Aku seringkali mencuri pandang ke arah gadis semampai berkulit putih itu. Mubazir wajah cantiknya itu diterlantarkan begitu saja. 

Gadis berparas cantik dengan sepasang mata indah dan kedua alisnya yang hitam menunjukkan sosok pribadi yang tegas. 

Hidung mancung dan bibir ramah saat tersenyum bisa menenteramkan hati yang gundah. Aku yakin pasti ramah pula tutur kata dari bibir menggemaskan itu. 

Parasnya yang cantik perpaduan kecantikan gadis-gadis Asia Barat antara Yordania dan Lebanon. Dengan keanggunan perawan Kraton Jawa. 

Jujur sebenarnya aku sendiri tidak bisa dengan tepat menggambarkan kecantikan khas gadis ini. 

Saat aku memandangnya, Si Cantik ini asyik dengan ponselnya sehingga aku begitu leluasa memandang kecantikan wajahnya tanpa harus takut kepergok. 

Sampai-sampai aku sempat bergumam dalam hati. Maha Besar Allah Yang Maha Pencipta yang telah menciptakan mahluk cantik di depanku ini. 

Aku hampir saja melewatkan Stasiun UI. Untungnya penumpang di sebelahku bergegas turun dan aku sempat melihat nama stasiun Pondok China artinya setelah ini adalah Stasiun UI. 

Perjalanannya yang terasa singkat dari Bogor ke Stasiun UI. Bahkan setelah Bojonggede,stasiun lain seperti Citayam, Depok, Depok Baru luput dari perhatianku. Tetiba saja sudah di tempat tujuan. 

Aku turun di Stasiun UI itu rasanya berat sekali karena harus meninggalkan Si Cantik berambut panjang itu. Entah kapan bisa bertemu dengannya lagi. 

Bagiku dua pertemuan itu sangat menggugah hatiku. Ini untuk pertama kalinya aku kembali merasakan getar-getar hati yang aneh seperti ketika aku mencitai Erika dulu. 

Masa-masa move on dari Erika usai wisuda Sarjanaku saat itu, tidak mudah begitu saja. Mungkin aku baru merasakan move on yang sebenarnya saat mulai menjalani studi Pasca Sarjana di UI. 

Kesibukan kuliahku setiap hari yang aku tempuh dengan menggunakan KRL menuju UI, pergi dan pulang banyak menyita waktuku. 

Kehadiran gadis misterius yang sudah bertemu dua kali di KRL, anehnya membuat hatiku kembali bersemangat seakan merasakan bunga-bunga cintayang pernah aku petik dari hati Erika dulu. 

Tidak heran jika setiap Rabu aku begitu bersemangat hanya sekedar berharap bertemu dengan gadis itu di KRL Bogor-Manggarai. 

Namun sudah tiga Rabu ini aku merasa kehilangan karena tidak pernah lagi melihat gadis itu naik dari Stasiun Bojonggede. 

Sudah pasti aku sangat merindukannya. Apakah ini artinya benih-benih cinta sudah mulai tumbuh dan apakah aku sedang mengalami jatuh cinta? Sudah lama aku tidak pernah merasakan rasa rindu seperti ini tapi tidak berdaya. 

Kesibukan dalam mempersiapkan Thesis S2 semakin dikejar deadline. Pembimbing utamaku, Prof Ahmad Zaki memintaku untuk merampungkan draft thesis paling lambat Sabtu ini. 

Untungnya semua data Laboratorium sudah selesai diolah analisa statistiknya sehingga hanya tinggal membahas dengan dilengkapi landasan berdasarkan referensi. 

Aku bersyukur dan merasa lega karena berhasil merampungkan draft thesisku tepat waktu. Sabtu itu seperti biasa KRL dengan setia mengantarku ke Kampus UI Depok. 

Jadwalku kini hanya setiap Sabtu untuk menyelesaikan perbaikan dan koreksi draft thesis dari pembimbing utama. Sudah tiga Sabtu ini aku tidak pernah lagi bertemu gadis cantik berambut panjang itu. 

Rasanya kangen untuk memandang wajahnya yang teduh dan anggun. Seperti Sabtu pagi ini aku sudah duduk manis di gerbong KRL yang siap berangkat dari Stasiun Bogor. 

Benar saja selama perjalanan itu aku tidak melihat sosok cantik itu naik ke KRL Bogor -Manggarai ini. Apakah dia naik di gerbong lain? Mungkin saja. 

Kini sebaiknya lupakan sudah, aku harus fokus menyelesaikan draft thesisku secepatnya agar disetujui dosen  pembimbing dan segara mendaftarkan jadwal untuk ujian. 

Profesor Ahmad Zaki, pembimbing thesisku menunggu di rumahnya di Jalan Tebet Dalam yang hanya beberapa menit saja menggunakan gojek dari Stasiun Tebet.  

Walaupun aku untuk pertama kalinya berkunjung ke rumahnya, namun tidak sulit untuk menemukan rumah Prof Ahmad Zaki. Beliau sudah menungguku. 

"Hendar ayo masuk!" Aku dipersilakan masuk. Akupun masuk dan duduk di ruang tamu sambil menyerahkan draft thesisku kepada beliau. 

"Oh Ya Hen mau minum apa? Panas atau dingin?" Tanya Prof Ahmad Zaki. Aku hanya mengangguk dan berkata terima kasih. 

"Diana!" Profesor Ahmad Zaki rupanya memanggil anak putrinya.

"Ya Pa!" suara merdu dari seorang gadis yang menghampiri Prof Ahmad Zaki. 

Sosok gadis cantik berambut panjang dengan mata teduh itu menatapku tidak berkedip lalu tersenyum. 

Sunguh aku terpana dan tak bisa berkata apa-apa karena terpesona. 

Antara percaya dan tidak percaya. Ternyata gadis berambut panjang yang sering bertemu di KRL itu adalah putrinya Prof Ahmad Zaki, Dosen Pembimbingku. Ada apa ini? 

@hensa17. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun