"Hen! Katanya mau bikin cerpen?" Tanya Erika.Â
"Iya, ini masih dalam pikiran. Rancangannya sih sudah ada," jawab Hendarno.Â
"Judulnya apa?" Kembali tanya Erika, gadis remaja cantik berseragam putih abu-abu ini.Â
"Cinta Pertama," Jawab Hendarno, pemuda ganteng yang pendiam menjawab pertanyaan Erika sambil mesem-mesem.Â
"Wah keren nih pasti romantis. Aku jadi semakin penasaran, sudah tidak sabar ingin membaca cerpenmu." Erika antusias sambil memandang pemuda yang sangat dia kagumi selama ini.Â
Di halaman depan Sekolah Menengah Atas di Jalan Ir Haji Juanda itu, Hendarno dan Erika berbincang hangat mengisi waktu istirahat jam sekolah mereka yang hanya 15 menit.Â
Bangku-bangku di pinggir lapangan basket itu penuh digunakan siswa-siswi untuk duduk berbincang sambil menunggu bel masuk berbunyi.Â
Remaja anak-anak SMA itu menikmati keceriaan mereka. Canda dan tawa mereka memenuhi area halaman sekolah itu.Â
Begitu pula Erika dan Hendarno yang duduk berdua di sana berbincang dalam suasana mesra. Kerap kali teman-teman mereka mengolok-olok Erika dan Hendarno seperti Romeo dan Yuliet.Â
Namun kedua sejoli ini hanya menanggapinya dengan senyuman. Terutama bagi Hendarno lelucon teman-temannya hanya sekedar lelucon tanpa fakta.Â
Nama lengkap gadis cantik itu adalah Erika Amelia Mawardini. Postur tubuh proposional semampai, berkulit putih dengan rambut hitam yang dibiarkan tergerai sampai bahunya.Â
Erika sangat disukai teman-teman sekolahnya. Bukan hanya teman laki-lakinya juga teman-teman wanitanya pun menyukai Erika karena keramahannya.Â
Hendarno sangat mencintainya sejak mereka duduk saat masa SMP dulu. Hanya saja cinta itu disimpannya sangat rapi dalam hati Hendarno.Â
Bagi Hendarno sosok Erika adalah cinta pertamanya. Belum pernah selama ini Hendarno dekat dengan seorang gadis seperti halnya dia dekat dengan Erika.Â
Nanti dulu dekat ini maksudnya hanya sekedar hubungan persahabatan. Sudah sejak SMP dulu mereka bersahabat hingga jenjang seolah di SMA ini.Â
Hari-hari bersama Erika bagi Hendarno adalah kenangan indah yang tidak terlupakan sepanjang hayat. Kebersamaan sebagai sahabat dengan Erika meninggalkan rasa yang mengharukan bagi Hendarno.Â
Waktu SMA, Hendarno selalu bersama Erika pergi dan pulang sekolah. Begitu juga belajar Matematika, Biologi maupun Kimia selalu bersama.Â
Aktif dalam kepengurusan OSIS juga selalu bersama. Sungguh itu adalah saat-saat persahabatan yang sangat indah untuk dikenang.Â
Jauh lebih istimewa lagi adalah masuk Perguruan Tinggi bersama pada Fakultas yang sama.Â
Hendarno sampai berpikir apakah Erika ini jodohnya? Â Apakah dia ini memang dihadirkan Allah untuk teman hidupnya?Â
Jawaban itu baru terjawab ketika mereka lulus meraih gelar Sarjana. Dalam perayaan wisuda, Erika memperkenalkan calon tunangannya kepada Hendarno.Â
"Hen! Ini Robi," kata Erika sambil memperkenalkan calon tunangannya kepada Hendarno. Mereka bersalaman sambil menyebutkan nama masing-masing.Â
Sekaligus Erikapun mengundang Hendarno untuk menghadiri syukuran wisuda dan peresmian pertunangannya dengan pria pilihannya.Â
Malam itu Hendarno hadir untuk menyaksikan pertunangan Erika dengan Pria idamannya. Erika terlihat bahagia. Senyum kebahagian itu selalu terpancar dari bibirnya.Â
Gadis berdarah Sunda ini sangat cantik dengan dandanan kebaya serba putih. Berjalan anggun menghampiri para tamu undangan yang tengah menikmati makan malam di meja mereka.Â
Sumber : Youtube Ebiet G Ade Musica Official
Hendarno melihat gadis yang dikagumi dan dicintainya sangat bahagia. Ketika Erika menghampiri Hendarno, gadis itu hanya bisa menatap tajam kepada pria yang dikaguminya selama ini.Â
Gadis itu tersenyum bahagia dengan kedua matanya yang indah itu basah. Terharu gadis itu melihat Hendarno bisa hadir dalam momen berharga dalam hidupnya.Â
Hendarno menyambutnya dengan uluran tangan ramah sambil mengucapkan: "Selamat sahabatku," kata Hendarno tersenyum.Â
Erika membalas ucapan Hendarno. "Terima kasih sahabat terbaikku." Suaranya hampir tak terdengar saking rasa haru yang menyelimuti hatinya.
Hendarno tetiba teringat janji memberikan sebuah cerpen yang pernah dia katakan kepada Erika. Saat ini cerpen itu sudah rampung.Tapi tidak akan pernah diberikan kepada Erika seperti janjinya dulu.Â
Saat ini Erika sudah bertunangan jadi cerpen itu tidak boleh dia berikan kepada gadis itu. Cerpen itu berisi semua perasaan cintanya kepada Erika.Â
Hendarno sebenarnya hanya iseng-iseng saja menulis sebuah cerpen untuk sekedar mencurahkan perasaannya yang selalu buntu.Â
Dalam cerpen itu kalimat demi kalimat terangkai menjadi untaian cerita yang mengalir indah. Berulang-ulang Hendarno membaca alinea demi alinea.Â
Cerpen ini bercerita tentang kecantikan seorang gadis. Bukan hanya cantik secara fisik namun juga kecantikan yang berada jauh di dalam jiwanya.Â
Kecantikan itu juga selalu mengalir melalui tutur katanya, tatap matanya, senyum bibirnya, ramah sapanya dan akrab candanya.Â
Semua kecantikan yang ada pada Gadis itu sangat mengagumkan sehingga membuat Hendarno jatuh cinta. Gadis itu adalah Erika Amelia Mawardini.Â
Hendarno begitu sangat mengagumi Erika karena kecantikannya. Lalu dengan jujur dia tuturkan dalam cerpennya. Sungguh inilah wanita idaman yang sangat dia inginkan untuk menjadi Ibu dari anak-anaknya kelak.Â
Namun kenyataannya Erika hanya sekedar menjadi seorang sahabat terbaiknya. Hendarno harus jujur pada perasaannya bahwa dirinya sangat mencintainya, tetapi tidak ada keberanian untuk mengungkapkannya.Â
Akhirnya Hendarno harus menghadapi kenyataan bahwa Erika lebih memilih pria lain untuk menjadi tunangannya. Fakta yang dia anggap sebagai takdir untuk cintanya kepada Erika.Â
Kini masa-masa indah bersama Erika hanya tinggal kenangan. Ketika Hendarno masih terbaring tidak berdaya di ruang perawatan Rumah Sakit PMI itu, dia hanya bisa membayangkan kenangan-kenangan indah itu.Â
Tidak terasa pekan depan, Erika akan melangsungkan pernikahannya sementara Hendarno masih terbaring di ruang ICU dalam pemulihan pasca operasi kanker otak.Â
Sabtu kemarin Erika masih sempat menjenguk Hendarno. Dalam sebuah pertemuan itu tidak banyak yang mereka bicarakan. Â Â
"Hen! Aku berharap kamu cepat sembuh. Aku ingin kamu hadir dalam acara pernikahanku," ujar Erika berharap dengan tatap matanya yang basah. Gadis ini sangat terkejut mendengar kabar Hendarno mengidap kanker otak.Â
Kata-kata Erika ini justru membuat Hendarno bertambah pedih. Hendarno yang tidak berdaya bahkan belum mampu berbicara meski hanya sepatah katapun.Â
Dia tidak tahu sampai seberapa lama usianya bertahan. Tiba-tiba saja dia ingat cerpen yang dijanjikannya kepada Erika. Cerpen itu harus diberikan sesuai janji Hendarno.Â
Di Ruang ICU itu, Erika masih memegang empat lembar kertas berisi cerpen yang berjudul Cinta Pertama. Gadis cantik itu membaca cerpen itu dengan isak tangisnya.Â
Tindakan operasi kanker otak itu tidak banyak membantu bagi Hendarno. Pria sahabat Erika itu tidak mampu bertahan untuk menerima takdir kematiannya.Â
Di sudut sepi itu Erika menangis. Gadis itu tidak menyangka ternyata Hendarno sudah mencintainya sejak lama.Â
Erika sungguh menyesal kenapa Hendarno tidak tahu bahwa dirinya juga mencintai sahabatnya itu sudah sejak lama. Begitu lama cinta pertama mereka terpendam.Â
Cinta pertama mereka akhirnya tertulis abadi dalam catatan Malaikat.
Salam literasi @hensa17.Â
Dusun Sindang Palay Margaasih, 21 Maret 2024.Â
#hensa17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H