Lelaki berwajah dingin itu malah berdiri lalu berjalan menuju ruangan dimana dirinya melakukan semedi ritualnya.
Ariaraja mengikuti Mbah Beo menuju ruangan yang suasananya sangat mistis. Di Ruang itu hanya ada penerangan sepasang obor dari bambu.
Bau kemenyan terasa menyengat hidung yang berasal dari asap yang mengepul dari sebuah parukuyan tanah liat.
Bau kemenyan ini menambah suasana semakin seram. Aroma mistis sangat kental di seluruh ruangan itu seakan penuh dengan ibls-iblis menakutkan.
Tidak seperti biasanya, ketika Ariaraja berada di ruang semedi Mbah Beo, ada suasana yang berbeda yang tersa lebih seram.
Terasa suasana mistis yang mencekam. Seperti ada sosok gaib yang hadir di ruangan yang setengah gelap itu.
Bau kemenyan yang menyengat itu kini bercampur dengan bau busuk bangkai.
Ariaraja tidak tahu jika saat itu Mbah Beo sedang khusyu berhubungan dengan Iblis bermata satu itu.
Mbah Beo terlihat khusyu memejamkan matanya. Bibirnya komat kamit membaca mantra-mantra sesat. Terlihat tubuhnya bergetar hebat sampai-sampai api obor di sudut ruangan itu juga ikut bergetar.
Ariaraja semakin merasa takut. Pemuda ini tidak tahu jika saat itu Iblis bermata satu ada di hadapan Mbah Beo.
Tentu saja iblis itu tidak bisa dilihat dengan kasat mata kecuali oleh Mbah Beo yang langsung berhadapan dengannya.