Bayu Gandana pada pagi usai Sholat Subuh, baru saja menerima telepati dari gurunya, Kiai Furqon di Anyer Kidul.
Sang Guru bercerita dalam komunkasi telepati itu bahwa tanpa sepengatahuan Bayu, malam itu Kiai Furqon berhasil mengusir Iblis bermata satu itu dari Leuweung Hideung.
Siang itu di Kedai milik Aki Damar, Bayu Gandana menerima kedatangan Jaka dan Arum dengan wajah-wajah yang sumringah.
Perut Arum sudah tidak lagi buncit dan wajahnya terlihat lebih bercahaya. Suami istri ini berseri-seri sangat bahagia.
"Kang Bayu! Terima kasih sudah menolong istri saya." Suara Jaka tersendat di kerongkongan penuh  haru. "Juga Aki Damar yang sabar mengobati sakitnya istri saya." Lanjut Jaka.
"Alhamdulillah." Jawab Bayu singkat. Sementara Aki Damar hanya tersenyum sambil mengangguk.
Di perbatasan dusun terjadi kegemparan ketika penduduk setempat menemukan dua mayat di Gubuk Kecil di pinggir hutan yang bernama Leuweung Hideung.
Kegemparan itu juga menarik perhatian penduduk Dusun Suluh Hawu.
Dua mayat yang tergeletak di Gubuk Kecil itu tanpa kepala dengan tubuh rusak dan bau bsuk yang menyengat. Penduduk yang melihat ke lokasi itu harus menutup hidungnya. Mereka juga tidak mau melakukan penguburan seperti layaknya mayat normal.
Penduduk dusun Suluh Hawu tidak pernah tahu bahwa salah satu mayat di Gubuk Kecil itu adalah Ariaraja anak kepala dusun.
Malam itu Bayu duduk bercengkerama bersama Aki Damar. Pak Tua pemiliki kedai itu memberikan informasi bahwa kedua mayat yang ditemukan di gubuk kecil dekat gerbang dusun itu salah satunya adalah Ariaraja.