Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Bayang-bayang di Langit-langit Kamarku

16 Oktober 2022   17:09 Diperbarui: 17 Oktober 2022   00:41 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Namun Renata merasakan bagaimana aura cinta Anin kepada Prasaja, pria yang paling dikaguminya. 

Terhias senyum di bibir Anindia yang lembut itu. Gadis cantik itu hanya bisa tersenyum saat mengingat hal-hal indah masa-masa SMA dulu. Tidak akan pernah terulang lagi. 

Bayang-bayang nostalgia SMA itu tetiba hilang berganti dengan sebuah senyum ramah Adzkia Samha Saufa. Iya sosok ini sangat akrab dalam hati Anindia. 

Mbak Adzkia, demikian Anin memanggilnya adalah istri dari Prasaja Utama. Teringat perjumpaan pertamanya di Kota Malang beberapa waktu lalu, Anin sangat terkesan dengan kecantikan Adzkia. 

Saat itu dalam hati Anin hanya bisa berkata, pantas lelaki ganteng seperti Mas Pras berjodoh dengan Mbak Adzkia. 

Dari perjumpaan pertama sampai dengan perjumpaan-perjumpaan berikutnya, Anin semakin kagum dengan kepribadian Mbak Adzkia. 

Sosok wanita berbudi luhur, tangguh dan selalu tabah pada saat cobaan masih belum memiliki momongan kendati usia pernikahannya dengan Prasaja hampir sepuluh tahun. 

Hal inilah yang membuat Anindia begitu kagum kepada Adzkia. Keramahan dan keakraban Adzkia semakin membuat Anin merasakan kedekatan. 

Anin merasakan bahwa Adzkia seperti sosok seorang kakak. Apalagi Anindia adalah anak tunggal dalam keluarganya, sosok kakak adalah dambaannya. 

Bahkan pada setiap ada kunjungan kerja ke Surabaya dalam tugas melakukan audit lingkungan untuk Program Peringkat Lingkungan untuk pelaku industri, Anin selalu menyempatkan berkunjung ke Malang menemui Adzkia. 

Keprihatinan belum memiliki momongan sering kali menjadi curahan hati Adzkia kepada Anindia. Seperti ketika malam itu Adzkia hanya bisa menangis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun