Ketekunannya membuahkan hasil ketika proposal tesisnya mendapat persetujuan semua pembimbingnya.
Namun pada malam itu, Anindia masih termenung di kamarnya. Baru saja dia selesai membaca sebuah pesan dari Roby.
Pesan yang berisi sebuah peristiwa yang benar-benar membuat perasaannya semakin resah.
Ada yang aneh ketika perasaan cemburu menyelinap dalam relung hatinya.
Anin seakan tidak percaya apa yang ditulis Roby dalam pesan di aplikasi medsos tersebut.
Roby bercerita. Suatu malam dia berkencan dengan seorang gadis. Roby mengenal gadis itu karena gadis itu adalah putri komandannya.
Mereka mulai akrab dengan seringnya Roby menemani gadis itu. Anin mencoba untuk menahan perasaan cemburu ini dan harus menghargai kejujuran Roby.
"Percayalah Nin. Aku cuma berteman. Dia menganggapku kakaknya, demikian pula aku menganggapnya adik." Itu pengakuan Roby ketika mereka sempat berbincang memlaui ponsel.
Anindiapun mengira kencan-kencan Roby dengan gadis itu tidak akan berbuntut panjang. Tapi ternyata ceritanya bertambah menarik ketika orang tua gadis itu meminta kepastian pertangung jawaban Roby.
Sangat menyakitkan bagi Anindia menghadapi kenyataan di depannya. Tidak pernah menyangka Roby teganya berhianat. Perbuatannya menodai gadis itu tindakan fatal.
Kini Anin harus mengambil keputusan yang tegas. Tidak boleh lagi ada keraguan untuk melupakan kepedihan ini. Anin menyadari posisi Roby ketika gadis itu adalah putri komandannya.