Karyono keluar dari ruangan GM Prasaja seperti baru saja mendapatkan kemenangan besar. Pikirannya mulai liar menerawang.
Rupanya Karyono punya agenda adu domba antara Solihin dan Brotodewo. Kesaksian ini justru akan menyeret Solihin pada posisi yang sangat menyulitkannya.
Hal itu mengingat Brotodewo adalah sosok penting bagi pabrik ini. Broto adalah ketua asosiasi petani tebu di area pabrik itu.
Dalam pikiran Karyono Ariyadi, jika akhirnya drama tragis ini berakhir dengan digesernya posisi kabag pabrikasi maka yang akan mendapatkan durian runtuh adalah dirinya.
Politik adu domba yang sangat vulgar bahkan terlalu kasar. Bagi seorang Prasaja walaupun masih muda dan belum lama berkecimpung dalam rimba industri gula, namun dirinya memiliki feeling seorang manajer yang peka.
Bagi Prasaja kesaksian Karyono dan anak buahnya sama saja dengan kesaksian dari anak buah Brotodewo. Keduanya hanya berdasarkan cerita tanpa memberikan bukti otentik.
Usai memberikan kesaksian tersebut, Karyono dan atasannya, Solihin kembali ke ruang kerja mereka.
"Pak Solihin sudah beres ya," kata Karyono tersenyum penuh arti. Kabag Pabrikasi ini masih tertegun dan tidak menanggapinya.
"Tenang saja Pak. Semua sudah diatur dengan rapi. Tidak mungkin bisa terbongkar," kembali suara Karyono.
"Karyono! Dari awal saya sudah tidak setuju dengan rencana ini. Sekarang sudah terlanjur basah. Tapi risikonya sangat besar." Suara Solihin terasa bergetar.
Mungkin bagi Solihin hari itu adalah hari yang penuh dengan kecemasan teramat sangat. Ia merasa sedang mempertaruhkan karirnya yang selama ini terjaga dengan baik.