"Kar! Kamu jangan mulai ngarang lagi seperti tahun lalu ya!" Suara Solihin di ruang kerjanya ketika mereka hanya berbincang berdua pada saat jam istirahat.
"Tidak Mas, ini aku punya saksi bisa diandalkan. Aku yakin dengan saksi ini Broto tidak akan lagi berdaya menghadapi GM kita." Karyono mencoba meyakinkan Solihin bahwa langkahnya itu akan berhasil.
Entah bagaimana Solihin merasakan tidak begitu nyaman dengan apa yang dilakukan oleh Karyono ini. Karena tahun lalu akibat konfliknya dengan Brotodewo hampir saja membuat dirinya terdesak dipermalukan di depan GM Prasaja.
Akibat rebutan giling Solihin harus mendulukan kebun milik mantan pejabat yang dulu atasannya di Pabri Gula. Sementara jadwal saat itu adalah giliran giling untuk area kebun Brotodewo.
Pengalaman tahun lalu bagi Solihin jangan sampai terulang lagi hanya gegara kekonyolan seorang Karyono yang membakar kebun milik Brotodewo, tanpa kordinasi dengannya.
Sebenarnya masalah tebu terbakar memang sudah selesai tapi polemik yang berkecamuk dalam benak Prasaja Utama masih belum selesai.
Polemik itu adalah antara Solihin, Kepala Pabrikasi dan Brotodewo, Ketua Asosiasi Petani Tebu. Sebagai GM Pabrik Gula, Prasaja harus mampu berdiri di tengah.
Mereka memberikan keterangan yang saling bertolak belakang. Masing-masing pihak saling menuduh sebagai pelaku dari insiden-insiden tebu terbakar beberapa minggu ini.
Prasaja sengaja tidak mempertemukan keduanya untuk memberikan klarifikasi. Membiarkan isu-isu tersebut mengambang, terlebih lagi sekarang insiden tebu terbakar sudah tidak pernah terjadi lagi karena musim hujan mulai menjelang.
Solihin sebagai bawahan Prasaja dalam struktural pabrik gula, tentu menjadi tanggung jawabnya dihadapan Direksi. Prasaja Utama sebagai GM harus mampu untuk percaya kepada staf yang membidangi salah satu unit proses di pabrik.
Apalagi Solihin adalah orang lama pabrik ini yang sangat berpengalaman dengan liku-liku dan dinamika yang terjadi setiap musim giling.