Tetapi pada umumnya beberapa lahan sawah banyak yang diperuntukan untuk menanam padi. Untuk tebu sendiri, biasanya para petani akan menanamnya di lahan kering atau tegalan.Â
Pada umumnya lahan yang ditanami tebu adalah sebagian besar lahan aset daerah atau sebagian kecil saja yang milik petani. Ada juga lahan milik pabrik gula yang luasnya sangat terbatas.
Di Indonesia teknologi pembuatan gula pasir sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda. Saat itu beberapa Pabrik Gula didirikan di Pulau Jawa untuk memproduksi gula pasir.Â
Bahkan hingga sekarang beberapa pabrik tersebut masih ada yang beroperasi dengan baik terutama yang ada di Jawa Timur. Hanya saja pabrik-pabrik itu sebagian besar memiliki kapasitas giling yang kecil.
Pabrik Gula yang masih beroperasi umumnya sudah mengalami rehabilitasi dengan meningkatkan kapasitas giling.
Pabrik gula dengan kapasitas giling kecil antara 1500-2000 ton tebu per hari, banyak yang bekerja sama dengan pabrik dengan kapasitas giling di atas 5000 ton tebu per hari. Atau beberapa diantara mereka malah diputuskan untuk ditutup.
Proses pembuatan gula pasir terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahap-tahap tersebut harus berurutan, sejak tebu dipanen hingga tebu diolah menjadi gula pasir.
Tahapan-tahapan tersebut adalah tahap seleksi tebu di emplasemen, tahapan proses penggilangan tebu menjadi nira, pemurnian nira, penguapan nira, pengkristalan dan pengeringan produk akhir.Â
Proses pembuatan gula pasir yang sangat simpel dan tentu saja prosedur operasi baku yang sudah tersedia dengan akurat. Dengan menerapkan standar yang berlaku maka produksi gula pasir dapat dilakukan dengan menghasilkan out put yang tinggi.Â
Benarkah sesederhana itu? Mungkinkah kita bisa mengulang kembali bisnis gula pasir yang pernah sukses seperti pada masa kolonial dulu? Jawabannya masih sangat sulit untuk ditemukan.Â
@hensaÂ