Ruang Perpustakaan Pusat pagi itu sepi. Selain karena para mahasiswa sibuk mengikuti kuliah, juga para Dosen harus mengajar. Aku melihat hanya ada empat atau lima orang yang sedang membaca dan menulis di Perpustakaan Pusat itu.
Aku masih sibuk mempersiapkan kelengkapan laporan usai kemarin mengikuti kegiatan dokter Ramli, Ahli Bedah di Rumah Sakit Santo Borromeus. Tetiba aku dikejutkan tepukan di punggungku. Arga sudah berdiri lalu dengan cekatan laptopku dia tutup dan duduk di depanku.
"Kamu hebat Hendarno Al Ghufron!" Suara Arga setengah berbisik. Maklum di perpustakaan tidak boleh berteriak.
"Hei Bro, ada apa ini tiba-tiba bikin aku melongo." Kataku. Sementara Arga masih senyum-senyum memandangku.
"Al Ghufron bisa kenal Mikayla, bagaimana ceritanya?" Pertanyaan Arga to the poin. Kali ini aku yang membalasnya dengan senyum.
Aku menjelaskan yang sebenarnya kepada Arga, sobatku yang terkenal bengal ini. Mendengar penjelasanku Arga, kandidat dokter spesialis bedah ini tampak puas.Terutama ketika aku katakan bahwa Mikayla sudah tidak lagi dalam dunia hitam itu sejak dua tahun lalu.
"Syukurlah Hen. Aku mendukungmu untuk membawanya kembali. Kamu punya kapasitas untuk membuat orang jadi baik!" Kata Arga sehigga kalimat ini yang membuat aku tertawa.
"Kenapa kamu tertawa?"
"Iya dong tertawa. Buktinya aku bolak balik memberi nasehat tapi tetap saja Arga Ariadipa tetap bengal dan berandalan." Ujarku. Kali ini Arga tertawa lepas dan baru sadar ini perpustakaan dia langsung mengecilkan suara tawanya.