Di depan teras rumah itu, Mikayla Angela sudah menungguku. Dia berlari menyambut untuk memelukku erat sekali. Isak tangisnya tidak bisa dibendung. Aku hanya terpana tak mampu bicara sepatah katapun. Benar-benar membisu. Bisunya seorang Jomlo Pesantren.
BACA JUGA :Â
Kota Bandung pagi ini begitu dingin. Udaranya menusuk setiap pori-pori tubuhku. Sementara di luar, hujan rintik-rintik dan sedikit hembusan angin bisa kunikmati sambil duduk menghirup segelas kopi hitam yang masih panas, mengepulkan asapnya yang beraroma khas.
Kantin Rumah Sakit sepagi ini juga memang masih sepi. Akupun rutin menyantap sarapan nasi goreng sambil menikmati tayangan berita televisi.
Ada kudeta militer di Myanmar dimana Presiden dan Perdana Menteri mereka ditahan oleh kubu militer. Kudeta mengerikan yang rasanya tidak mungkin terjadi di negeri kita ini. Semoga.
Juga berita isu kudeta Partai Demokrat oleh oknum dari lingkaran Istana, katanya. Satu kudeta Negara satu lagi kudeta partai. Lucu juga berita televise ini.
Tapi akhirnya aku tidak tertarik dengan berita politik itu. Running text di bawah tayangan televisi itu jauh lebih menarik perhatianku.
Polisi berhasil mengungkap praktik protitusi online dengan menangkap seorang perantara yang selama ini menjadi buron. LM demikian inisial mucikari ini, berhasil diamankan di sebuah hotel.