Hari hari yang aku lalui bersamanya adalah hari hari yang penuh keceriaan dan kebahagiaan. Kecantikannya selalu mengingatkanku kepada kebesaran ciptaanNya. Kecantikan jiwanya terutama melebihi segalanya.Â
Dalam hatiku selalu tertanam kesadaran tiada satupun urusan yang tanpa campur tanganNya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. Dia Maha Memiliki apa apa yang di langit dan di bumi dan diantara keduanya.Â
Siapa yang mampu menolak takdirNya ? Ya Mutiara sudah menerima takdirNya. Setahun kemudian wanita pujaanku ini tidak mampu lagi bertahan melawan virus yang ganas itu.
Surabaya di Tengah Hujan Sore Hari
Sore hari di tengah hujan itu aku masih duduk di bangku Halte depan Rumah Sakit. Orang-orang yang menunggu Angkot satu-persatu bergegas menaiki angkutan kota itu sehingga di Halte hanya tinggal aku dan seorang gadis berambut panjang.Â
Tiba-tiba saja sebuah mobil Eropa bermerk berhenti dan gadis cantik berambut panjang itu membuka pintu lalu berlalu dari pandanganku. Bukankah dia Mutiara?Â
Tidak, Mutiara sudah tiada, bukan, bukan dia. Lalu siapa gadis cantik berambut panjang yang pergi bersama mobil Eropa bermerk itu? Hujan sudah mulai reda hanya gerimis kecil tersisa tapi aku masih di Halte itu sendirian.Â
Sementara hari sudah mulai gelap tiba-tiba saja sebuah mobil  sedan kecil merapat. Seorang gadis semampai keluar dari mobil sambil membawa payung.
"Herman ayo kita pulang!" Itu suara Bunga. Aku hanya menurut saja ketika aku digandeng menuju mobil lalu kamipun berlalu meninggalkan Halte itu. Mobil meluncur menembus gelapnya malam yang mulai menjelang.
"Herman, kamu harus bangkit. Mutiara sudah tenang di alam sana," kata Bunga.
"Ya Bunga. Mutiara selalu saja ada di hatiku. Tadi di Halte itu aku juga melihat kembali bayangannya ."