Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fiksi Teenlit: Cerita Pendek Bunda

16 November 2020   14:30 Diperbarui: 16 November 2020   18:24 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana tidak Putri anak gadisku satu-satunya yang sedang beranjak dewasa, cantik, cerdas dan biasanya ceria tiba-tiba saja harus murung. 

Aku khawatir dengan kemurungannya. Aku mencoba mendekati dengan hati-hati untuk mengorek  apa yang dirasakannya mengapa akhir akhir ini ia kelihatan murung.

"Putri bolehkan Bunda bicara denganmu," suatu malam di Ruang Keluarga itu seusai makan malam. Sementara suamiku masih asyik membuka buka koran hari itu. 

"Ada apa Bunda tentu saja boleh," kata Putri. Aku melihat wajah cantiknya memang sedang murung.

"Akhir-akhir ini Bunda melihat Putri selalu murung tidak seperti biasanya. Bolehkah Bunda tahu dan bolehkah Bunda mendengar apa sebenarnya yang terjadi denganmu sayang ?" Kataku agak ragu takut menyinggung perasaannya yang mungkin saat ini sedang peka. 

Wah benar saja aku melihat Putri terdiam wajahnya semakin murung. Aku benar benar khawatir. 

Aku melihat suamiku melirik dari balik koran yang dibacanya mengamati wajah anak gadisnya itu. 

Lama sekali Putri tidak menjawab pertanyaanku. Ya Tuhan Putri malah mulai terisak. Wajahnya penuh dengan air mata. Putri menangis.

"Sayang kenapa menangis ?" Aku mendekat dan memeluknya. 

Anak gadisku memang sudah dewasa. Tubuhnya yang bagus sudah kelihatan berisi seperti seorang wanita dewasa. Aku memeluknya erat sekali.

"Bunda. Dia meninggalkanku begitu saja. Dia yang selalu menjadi harapanku kini pergi dariku dan mencampakkanku seperti sampah tak berguna." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun