"Saya pesankan makan ya." Aku menawarkan makan siang.
"Tidak usah Mas. Terimakasih. Saya sudah makan tadi." Ujar Kayla sambil tersenyum ramah.
"Bagaimana skripsimu?" Tanyaku.
Tempo hari ketika bertemu di Perpustakaan Pusat, Kayla penah bercerita sedang mencari literature untuk melengkapi skripsinya.
"Masih belum kembali draftnya dari Pembiming. Mas Hen kapan wisuda? Bidang spesialisasi apa yang diambil?" Kayla balik bertanya.
"Spesialisai penyakit dalam. Maunya wisuda secepatnya."
"Iya cepat wisuda, kasihan calonnya sudah menunggu," kata Kayla mulai memancing. Gadis ini sangat terbuka, bukan gadis pemalu. Tapi bagus juga sih. Kalau aku ketemu gadis pemalu jadinya gimana, aku sendiri orangnya pemalu.
"Wah calon siapa?"
"Calon istri dong," suara Kayla semakin merajuk. Apalagi disertai senyum agak nakal. Ini yang membuat aku semakin gugup.
Aku baru teringat jam satu siang ini ada kegiatan di Rumah Sakit bersama dokter Hambali.
Maka aku dengan terburu-buru berpamitan kepada Mikayla. Gadis ini masih sempat memberikanku alamat kost nya dan mengharapkanku datang sewaktu-waktu.