Berjalan di pematang sawah dalam udara segar pagi hari, rasanya hati ini begitu tenang. Sejauh mata memandang hanya ada dedaunan hijau pohon perdu dan pesawahan terhampar seluas dan selapang dadaku.
Inilah yang aku dapatkan ketika aku pulang ke Pesantren Darul Madinah. Tentu saja ada hal utama yaitu segala nasihat penuh hikmah dari KH Ahsan Ghufron. Beliau selain Bapakku, juga pemilik dan pendiri Pesantren.
Hanya satu yang bikin aku "bete" setiap pulang ke Pesantren yaitu pertanyaan Ibu. "Hen, kapan kamu kenalkan calon istrimu?" Sama seperti yang kualami ketika pulang kali ini.
Mendapat pertanyaan Ibu, aku biasanya hanya tersenyum sambil menjawab pendek. "Sabar Bu, nanti juga kuperkenalkan."
Sebenarnya bicara calon teman hidup aku kembali teringat kepada Mikayla Angela. Jika teringat dia, maka rasa risau itu kembali datang. Aku masih terus mencoba untuk melupakannya.
Senin pagi ini, ada kegiatan akademik mata kuliah Keterampilan Praktik Klinik Tahap III. Biasanya jadwal berlangsung hingga siang. Tetapi pagi itu aku tidak sempat melakukan sarapan pagi di Kantin. Terpaksa aku harus menahan lapar walaupun tadi masih sempat makan sepotong roti.
Siangnya aku langsung menuju Kantin Kampus karena terdorong rasa lapar perut yang keroncongan. Suasana Kantin begitu ramai oleh mereka yang makan siang. Mahasiswa dan dosen berbaur menikmati hidangan mereka. Kantin Kampus ini sangat representative untuk kebutuhan mahasiswa dan para dosen di Kampus ini.
Hanya dalam sekejap, hidangan makan siangku habis. Terbayar sudah rasa lapar yang menyiksa.
"Hai Mas Hen!" Seseorang menyapaku. Di depanku berdiri seorang gadis tinggi semampai dengan hiasan senyum di bibirnya. Mikayla Angela.
"Hai Kayla!" Aku masih gugup menatap gadis itu.
"Boleh aku duduk menemani Mas?" Aku mengangguk sambil menarik kursi lalu menyilakan Kayla.