Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Akhir Cinta Dosen Jomlo

3 November 2020   17:50 Diperbarui: 3 November 2020   17:58 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Aku sangat terperanjat mendengar penuturan permintaan Kinanti yang absurd ini.

"Kinanti sudahlah. Jangan bicarakan lagi Listya. Dia masih muda suatu hari nanti dia menemukan jodoh dengan yang sama-sama masih muda. Allah sendiri sudah memberikan takdirku menjadi suamimu."  

Kinanti masih terdiam. Ketika aku genggam kedua tangannya, wanita cantik ini menatapku tajam. Kedua mata itu basah karena menangis. Aku mengusap titik air mata di kedua pipinya.

"Ingat Kinan. Sekarang masa depanku adalah Kinanti Puspitasari. Tidak ada wanita lain. Diana Faria dan Daisy Listya sudah menjadi masa laluku," kembali aku meyakinkan Kinanti.

"Tapi Alan..," sebelum melanjutkan kata-katanya, aku menutup bibir Kinanti dengan jari telunjukku "Stop sudah. Kita bicara tentang kebahagiaan kita saja." Kinanti terdiam.

"Aku hanya ingin memenuhi permintaanmu yang pertama. Lupakan permintaanmu yang kedua. Tersenyumlah sayang!"

Kinanti masih terdiam sambil menatapku tajam. Namun akhirnya wanita yang memiliki sepasang mata yang indah ini tersenyum menawan. Aku mencium keningnya dengan penuh kasih sayang.

Sebenarnya aku terkejut mendengar kata-kata Kinanti yang memberi izin kepadaku untuk menikahi Listya. Hal itu hanya agar aku punya anak dari darahku sendiri, Kinanti merelakanku untuk menikahi Listya.

Wanita cantik ini benar-benar berbudi luhur. Walaupun poligami diperbolehkan oleh Agama, namun aku sangat meragukan rasa keadilanku terhadap istri-istriku nanti.

Aku bukan Rasul Allah. Biarlah aku berbahagia bersama Kinanti walaupun tidak memiliki anak darinya.

Hari-hari yang aku lalui di Kampus benar-benar rutinitas yang sangat membosankan. Apakah mungkin hal ini disebabkan oleh rasa tak sabarku menunggu hari pernikahanku bulan depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun