Charlie Hebdo adalah gambaran nyata kaum intoleran di Eropa yang sengaja menghina Nabi Muhammad, sosok panutan bagi umat Islam di Dunia.
Dampak luas gegara karikatur Charlie Hebdo yang melecehkan Nabi Muhammad ini, sangat dasyat. Kaum radikal seakan memiliki kesempatan untuk beraksi dengan dalih membela agama.Â
Mereka melakukan tindakan justru sangat merugikan nama Nabi Muhammad sendiri yang sangat cinta pada kemanusiaan dan kasih sayang.
Lebih dipicu lagi oleh pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang membela majalah satire tersebut atas nama kebebasan berekspresi yang dijamin Undang-undang di Prancis.Â
Pernyataan Macron bukan mendinginkan suasana malah semakin membakar kemarahan umat Islam di Dunia. Karena Macron menyamakan aksi teroris mewakli sebuah agama.
Presiden Jokowi dengan bijak  mengecam pernyataan Presiden Prancis tersebut dengan mengatakan bahwa aksi teror tidak bisa dikaitkan dengan agama manapun. Karena teror sudah menyalahi ajaran suci agama itu sendiri.
Begitu pula kebebasan berpendapat dan berekspresi tidak boleh melampaui batas sehingga mencederai kehormatan, kesucian, dan kesakralan nilai dan simbol agama manapun.
Nabi Muhammad SAW dihadirkan Allah adalah untuk menyempurnakan Ahlak umat manusia. Itulah tujuan ajaran Nabi adalah memuliakan Ahlak. Tujuan mulia ini diwujudkan oleh perilaku dan perktaan Nabi yang sangat terpuji.
Bagaimana riwayat Beliau semasa hidupnya menerima hinaan, cercaan, pelecehan dan kekerasan verbal.Â
Namun Beliau membalasnya bukan dengan kemarahan. Bukan dengan boikot. Bukan dengan terror. Bukan dengan merusak fasilitas umum. Nabi membalas dengan doa dan kasih sayang yang tulus.
Menghadapi kaum intoleran tidak dengan cara intoleran tapi dengan cara seperti yang sudah dicontohkan Nabi Muhammad. Seyogyanya seperti itu sikap kita.