Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sejak Malam Jahanam Itu

23 Oktober 2020   15:20 Diperbarui: 23 Oktober 2020   15:37 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daisy Listya memang akhirnya bukan menjadi teman hidupku karena seusai Wisuda Sarjana, gadis ini akhirnya bertunangan dengan pria lain bahkan hubungan mereka berlanjut sampai jenjang pernikahan.

Aku memang tidak mampu berbuat apa-apa, namun bagaimanapun juga bagiku, seorang Daisy Listya adalah gadis yang telah mampu membuka hati ini menjadi merasa hidup kembali.

Jika ada pepatah mencintai itu tidak harus memiliki maka inilah realita yang harus kuhadapi. Benarkah cinta itu menjadi sangat tinggi nilainya ketika harus mencintai tapi tidak harus memiliki? Benarkah? Omong kosong karena hingga saat ini aku belum pernah menemukan jawabannya.

Dalam kegalauan hati yang kusut ini, selalu hadir dengan setia Kinanti Puspitasari untuk menenteramkan hati. Kinanti seakan selalu ada pada saat aku memerlukannya. 

Sepenggal kisah itu seakan masih lengkap terbayang di benakku. Daisy Listya dan Kinanti Puspitasari adalah dua wanita yang saat ini selalu menggugah kedalaman hatiku. Walau di sana di tempat terdalam, tetap ada Diana Faria yang tidak mungkin tergantikan. 

Aku teringat saat dialog terakhir dengan Listya setahun yang lalu di Laboratorium Instrumen Analisa. Saat itu aku harus mengambil keputusan tentang isi hatiku kepada Daisy Listya. Saat itu aku hanya ingin agar Listya tahu apa sebenarnya yang selama ini aku rasakan. Aku hanya ingin sekedar mengatakan kejujuran hatiku.

"Listya. Saya ingin mengatakan sesuatu," kataku sambil kupegang kedua tangannya. Saat itu Listya hanya menatapku penuh haru seakan akan dia seperti sudah tahu apa yang mau kukatakan.

"Saya ingin mengatakan wanita yang telah menggugah hati selama ini." Kataku perlahan. Saat itu Listya hanya terdiam menatapku.

"Wanita itu bukan Kinanti Puspitasari. Dia adalah wanita yang lembut hatinya, ramah dan santun tutur katanya, manis senyumnya. Wajahnya memiliki aura kecantikan yang tulus dan sekarang orangnya ada di depanku ini." Kataku sambil kutatap tajam Listya.

Aku waktu itu hanya tertegun ketika terdengar bibir Listya menyebut namaku pelan sambil memandangku dengan mata yang berkaca-kaca.

Ternyata diluar dugaanku, Listya juga memiliki perasaan sama. Wanita ini sudah sejak lama mencintaiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun