"Alhamdulillah semakin membaik."
"Syukurlah. Perjuangan paling berat adalah memerangi diri sendiri." Ujar Mala penuh nasehat bijak. Senyum wanita ini menenteramkan apalagi sorot matanya yang tajam itu sangat teduh di hati.Â
Aku hampir memastikan bahwa Malayeka sudah banyak membantuku mempercepat kesembuhanku. Setiap aku bertemu dengannya pada setiap usai Subuh itu, menjadi momen yang begitu berarti bagiku. Banyak petuah dan kata-kata motivasi yang diberikannya padaku. Â
Pembimbing rohaniku memberikan hasil evaluasi bahwa aku mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam beberapa pekan ini. Aku sangat gembira menerima hasil evaluasi ini.Â
Bahkan Pengasuh di Pesantren itu menjamin bulan depan aku sudah boleh pulang berkumpul dengan keluarga. Bebas dari ketergantungan pada narkoba memang tujuan utamaku.Â
Sudah dua hari ini ketika usai Subuh itu, aku tidak mendengar alunan tilawah Al Quran dari Malayeka. Aku merasa kehilangan. Aku mencoba mendekati bangunan tua itu untuk memastikan ada Malayeka di sana. Tetapi tidak ada.Â
"Hen, kamu sedang apa di situ?" Suara Reza.Â
"Aku sedang mencari Malayeka." Jawabku tegas.Â
Mendengar jawabanku tampak Reza terkejut. Kemudian dia cepat-cepat menarikku menjauh dari bangunan tua itu. Reza membisikkan sesuatu yang membuat  aku hanya bisa tertegun dan membisu. Â
@hensa  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H