Penuh khusyu aku bertasbih memuliakan Nama Allah. Sayup terdengar alunan suara wanita membacakan ayat suci Al Quran. Aku sangat tenteram mendengar lantunan tilawah Al-Quran yang dibaca wanita itu.Â
Aku menatap ke arah ruangan bangunan tua di Barat itu. Rupanya dari sana alunan merdu dan syahdu alunan tilawah Al Quran itu. Aku tidak berani mendekat karena takut mengganggu kekhusyuannya.Â
Besok malamnya, kembali aku mendengar alunan tilawah Al Quran itu dari ruangan bangunan tua di Barat Masjid itu. Aku juga melihat wanita yang sama yang membacakan Ayat-ayat Suci Allah itu.Â
Usai menutup Kitab Sucinya, aku memberanikan diri menyapa wanita itu. Aku melihat wajah wanita itu bercahaya dalam balutan jilbab hitam. Sorot matanya teduh menenteramkan. Hidung bangir dan bibir ramah tampaknya murah senyum.Â
Benar saja, ketika aku menyapanya dengan salam. Dia membalas salamku diringi senyumnya yang ramah. Â
"Kamu Santriwati baru ya?"
"Bukan aku sudah lama di sini. Kamu siapa?" Wanita itu balik bertanya.Â
"Aku Santri yang baru sebulan di sini. Panggil saja namaku Hen!"
"Aku Malayeka, panggil saja Mala!"Â
Perkenalan singkat namun sangat mengesankan. Sungguh kehadiran Malayeka membuat semangatku untuk sembuh semakin tinggi. Semua program setiap hari aku ikuti dengan khusyu. Terutama yang paling menyasyikkan adalah bertemu Malayeka usai Subuh sambil mendengarkan suara indah bacaan tilawah AlQuran yang dialunkannya.
"Hen, bagaimana perasaan batinmu saat ini?" Tanya Malayeka.Â