Rini sering mendapatkan bimbingan pelajaran Matematika dari Hendra. Gadis ini sebenarnya bisa merasakan jika pemuda itu selalu menunggu balasan suratnya. Â
Istirahat siang itu seperti biasa Rini selalu mengunjungi Kantin Sekolah di ujung Barat bersebelahan dengan Musholla. Seperti biasa pula dia pasti berpapasan dengan Hendra yang dikaguminya itu yang baru saja usai sholat Dhuhur.
Mereka biasanya hanya bisa melempar senyum saja. Padahal Rini tahu dalam senyum pemuda itu terkandung sebuah tanya tentang balasan surat cintanya.
Sesungguhnya Rini tidak berdaya menghadapi perasaannya namun dia masih juga belum bisa menjawab surat cinta pemuda itu.Â
3/
Gereja Katedral Santo Petrus, Minggu pagi itu seperti biasanya penuh dengan para Jemaat.
Rini baru saja selesai mengikuti misa pagi itu. Keluar dari Gereja mata indah gadis itu memandang ke Taman di seberang jalan. Dia berharap di kursi besi dekat kolam air mancur itu ada Hendra duduk di sana.
Gadis remaja yang sedang tumbuh ibarat bunga merekah penuh aura yang indah. Rambut hitam yang terurai sebatas bahunya, sepasang mata yang tajam dengan hidung mancung dan bibir ramah penuh dengan hiasan senyum.
Seorang gadis sempurna. Dilahirkan dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga Katolik yang taat, Rinipun tumbuh dengan prinsip dan karakter kuat.
Sangat jarang gadis seusianya sudah memegang prinsip dan karakter yang kuat terhadap nilai-nilai agamanya.
Taat kepada kedua orang tuanya yang selalu mengajarkan kepatuhan pada ajaran yang dianutnya. Rini adalah sosok gadis yang patuh itu.