Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dialog Singkat di Ruang Rawat

11 Juni 2020   16:23 Diperbarui: 11 Juni 2020   19:36 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu lagi yang ditunggu kakek  adalah pernikahanku dengan Helena yang ternyata harus kandas di tengah jalan. 

Untuk ini aku merasakan kegagalanku mewujudkan keinginan Kakek karena hingga Kakek meninggal aku gagal menikah dengan Helena. 

Setahun lalu Kakek meninggal akibat kanker paru. Sebagai perokok berat, Kakek sangat tergantung dan tidak bisa menghentikan ketergantungan  merokoknya. Ini penyebab kanker paru di hari tua beliau merengut jiwanya.  

"Iya dokter. Dulu saya juga perokok. Tapi berhenti walaupun harus berjuang keras." Kata Opa Rudy bercerita. 

"Kapan  Opa berhenti merokok?"

"Waktu tahun pertama nenjalani pensiun."

"Tidak mudah lho berhenti dari kebiasaan merokok. Kok Opa bisa?"

"Semua ini berkat cucu saya, Kirana. Selalu memberi  semangat agar berhenti merokok." 

Opa Rudy terlihat berbinar menceritakan kasih sayang cucunya, Kirana Anastasia. Opa Rudy hanya memiliki seorang cucu dari seorang anak satu-satunya yang berkeluarga. 

Ana demikian panggilan akrabnya masih kuliah pasca sarjana di sebuah universitas di Beijing, Tiongkok. Sudah 3 bulan ini ia berlibur dan saat ini belum bisa kembali ke Negeri Tirai Bambu sejak pandemi ini mulai mewabah luas. 

"Saya bersyukur selama ini ditemani Kirana selama dia berlibur di sini. Sampai akhirnya harus masuk Rumah Sakit ini dirawat oleh dokter." Opa Rudy menjelaskan bagaimana dia sangat dekat dengan cucunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun