Bayu mulai berfikir pasti ada hubungan antara Ki Ulon dengan Gurunya di Padepokan Bayusuci, Kiyai Furqon. Ya Bayu pernah mendengar cerita dari Sang Guru bahwa di Cilegon ada ulama yang sangat berilmu tinggi yaitu Kiyai Haji Washid. Bahkan gurunya berpesan agar Bayu menyempatkan bersiraturahim kepada Kiyai Washid di Pesantrennya.
Beliau adalah Tokoh paling berpengaruh di Cilegon yang pernah belajar di Mekkah kepada Syekh Nawawi al-Bantani. Kiyai Washid yang kharismatik ini dihormati oleh rakyat Cilegon karena kepemimpiannya sangat mengayomi.Â
Pesantrennya di Kampung Beji, Cilegon banyak dikunjungi mereka yang ingin menjadi murid Beliau. Tiga pokok ajaran yang disebarkan kepada muridnya adalah tentang Tauhid, Fiqh dan Tasawuf merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam ajaran Islam.
Ilmu tersebut harus dipraktekan dalam setiap kegiatan sehari-hari. Kiyai Washid juga selalu menumbuhkan kecintaan Tanah Air kepada para murid-muridnya. Menjaga semangat dalam berjuang melawan penjajah pemerintah kolonial Belanda.
Ki Ulon atau Kiyai Ghufron lari dari penjara Cilegon dan ada kaitannya dengan Kiyai Washid yang selama ini memang selalu diawasi Belanda dalam segala kegiatan ulama kharismatik ini.
Bayu akhirnya baru teringat bahwa Gurunya pernah bercerita tentang sahabatnya sesama mantan Laskar Pangeran Diponegoro yang bernama Kiyai Ghufron. Apakah yang dimaksudnya adalah Ki Ulon?
Bayu saat berbincang dengan Ki Ulon waktu itu terkesan dengan Kakek itu kelihatan sangat kenal sekali dengan Sang Guru, Kiyai Furqon. Apalagi Ki Ulon bisa menebak setiap gerakan silat Bayu dan merasakan aura Cirebon dan Mataram.
Ki Damar masih sibuk melayani pembicaraan Opsir Belanda itu. Dengan postur tubuh tinggi besar dengan kumis tebal dan suara lantang jelas terlihat dominasi pembicaraan mereka. Ki Damar terlihat terdesak tidak berdaya hanya mampu mengangguk dan mengangguk sambil jongkok.
Kemudian terdengar Ki Damar menggunakan bahasa Belanda seperti menjelaskan sesuatu kepada Opsir Kompeni tersebut.Â
Bayu melihat rombongan serdadu itu akhirnya meninggalkan kedai Ki Damar. Mereka memacu kuda menuju arah Selatan. Mungkinkah Ki Damar memberitahukan keberadaan Kiyai Ghufron?
"Mereka pergi kemana Ki?" Tanya Bayu.