Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Harapan Tinggi Dosen Jomblo

21 Januari 2020   14:24 Diperbarui: 22 Oktober 2020   14:24 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, Si Mbok yang sudah ikut bersamaku bertahun-tahun, mungkin merasa heran karena nasi goreng yang adalah sarapan kesukaanku tidak seperti biasanya tidak kusentuh. Sebelum pukul Enam pagi aku sudah bergegas menuju Kampus di Dharmawangsa Dalam.

Kijang Kapsul biru tua itupun meluncur di jalan Tol dalam Kota. Tidak sampai setengah jam sudah sampai di Jalan Kertajaya dan tinggal satu perempatan lagi belok kiri lurus kemudian memutar sampailah di Jalan Dharmawangsa Dalam dimana fakultas farmasi berada. Kuparkir mobil di halaman parkir fakultas yang tepat di bawah ruang kerjaku yang berada di lantai dua.

Di ruang kerja itu, seperti biasa terlebih dulu aku melihat agenda hari ini. Ada waktu satu jam sebelum nanti mengisi kuliah mahasiswa semester enam. Setelah itu ada rapat panitia Simposium Farmakologi dan rapat Akreditasi Laboratorium. Agenda yang cukup padat.

Terdengar suara pintu diketuk. Daisy Listya sudah berdiri di depan pintu dengan senyum yang sangat menawan dan menyejukkan. Aku menyambutnya dengan wajah ceria.

"Lis silakan duduk!" Kataku sambil mempersilahkan Listya duduk.

"Hari ini Bapak sangat ceria sekali." Kata Listya. Mendengar ini aku tersenyum.

"Biasa kalau pagi masih sesegar dan seceria ini nanti sudah siang pasti kusut karena kerjaan makin numpuk," kataku bercanda. Listya hanya tersenyum, lalu dia mengambil tempat duduk.

"Oh ya, Lis. Ini skripsimu sudah saya koreksi coba dibaca dulu, jika ada yang belum jelas bisa bertanya sekarang," kataku sambil menyerahkan draft skripsi yang cukup tebal.

Listya membaca dengan seksama lembar demi lembar sementara aku dengan penuh hidmat mengagumi wajah cantik di depanku. Matanya sangat teduh sangat menyejukkan bila memandang, bibirnya terukir tipis dimana tutur kata santun dan senyum menawan berasal darinya.

Sementara hidung mancung dan wajah oval berkulit putih dalam balutan jilbab menambah keanggunan gadis ini. Ketika dia diam ada wibawa yang dalam ketika dia bicara ada pesona pada tutur katanya. Oh Tuhan dia seperti Diana Faria. Tapi tidak, dia adalah Daisy Listya.

Entah berapa lama aku dapat dengan leluasa memandang kecantikan bidadari di depan mataku ini. Setelah beberapa saat suara lembutnya memecah kesunyian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun