Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Obsesi Dosen Jomblo

12 Januari 2020   15:02 Diperbarui: 16 September 2020   15:07 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Echinacea flower (Foto Anantapuspita.wordpress.com)

"Listya! Mau kemana?" tanyaku sambil menghentikan mobil di sampingnya.

"Mau ke Terminal Bungurasih Pak," sahutnya, dengan keterkejutan yang tampak nyata diwajahnya ketika dia melihatku.

"Bareng saya saja. Kita satu arah," kataku menawarkan tumpangan, "kebetulan arah pulang saya lewat situ," imbuhku. Listya terlihat ragu atau mungkin merasa sungkan.

"Ayo Lis nanti keburu hujan tambah deras," aku kembali mengajaknya. Listya menerima tawaranku. Gadis itu mengucapkan terima kasih, setelah masuk ke dalam mobil, dan duduk dengan manis di samping kiriku.

Rutinitas kemacetan kota Surabaya pada Sabtu sore itu sangat kunikmati bahkan sangat aku syukuri. Bagaimana tidak, semakin macet maka aku bisa berlama-lama dengan Daisy Listya.

"Listya memangnya mau ke luar kota?" tanyaku ketika aku tahu gadis ini menuju Bungurasih, terminal bus antar kota yang ada di Surabaya.

"Saya tinggal di Malang Pak. Setiap Sabtu pada akhir bulan saya pulang," jawab Listya sambil menoleh ke arahku.

"Saya kira orang Surabaya," gumamku sambil tersenyum, "berarti kost dong selama ini."

"Iya Pak. Saya kost di dekat kampus yang jaraknya cukup hanya dengan berjalan kaki," suara Listya terdengar lembut.

Kami cukup banyak bercerita. Obrolan kami diselingi cerita-cerita lucu yang mengundang tawa. Ternyata gadis ini sangat terbuka dan ramah. Listya juga tidak keberatan bercerita tentang keluarganya.

Selama perjalanan itu sesekali aku mencuri pandang ke arahnya. Daisy Listya adalah nama yang indah. Nama yang mudah diingat, bukan saja karena nama yang hanya dua kata namun juga memiliki aura kecantikan yang berkepribadian. Tidak terasa perjalanan kami akhirnya berakhir di Terminal Bungur Asih. Listya berpamitan sambil mengucapkan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun