Senin siang itu, seusai memberikan kuliah di Gedung Pasca Sarjana, aku menyempatkan singgah di Laboratorium Instrumen Kimia yang tempatnya memang saling berdekatan. Dony dan Daniar segera menghampiriku ketika melihatku memasuki ruang laboratorium.
"Dony, Niar. Apakah praktikumnya berjalan lancar?"
"Lancar Pak. Hanya alat Spektrofotometer[2] yang baru datang kemarin belum sempat dikalibrasi[3]," Dony menjelaskan soal alat baru yang perlu dikalibrasi. Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan Dony.
Aku sebenarnya lebih fokus memperhatikan Daisy Listya yang sedang melakukan praktikum HPLC bersama grupnya. Gadis itu sangat terampil mengerjakan sampel-sampel yang disediakan sebagai bahan praktikum. Kulihat gadis bernama Daisy Listya itu menguasai betul seluk beluk alat analisa.
"Daniar, kelihatannya anak itu cukup terampil juga mengerjakan praktikum HPLC," kataku kepada Daniar sambil menunjuk ke arah Daisy Listya.
"Oh iya Pak! Dia namanya Listya. Memang anaknya cerdas. Dia cepat menerima penjelasan praktikum dan kerjanya juga sangat teliti." Daniar memuji. Perlahan aku berjalan menghampiri meja praktikum Listya diikuti juga oleh Dony dan Daniar.
"Listya. Berapa microliter sampel yang di inject?" Tanyaku sambil menatap gadis itu. Listya mengalihkan wajahnya dari alat praktikum dan menoleh ke arahku sambil tersenyum. Ya Tuhan, ini senyum Diana Faria.
"Sepuluh microliter Pak Alan," jawab gadis cantik itu. Ini juga sapaan pertamanya padaku.
Mendengar penjelasan Listya, aku tersenyum sambil mempersilakannya untuk kembali melanjutkan praktikum. Kemudian tidak lama aku segera berpamitan kepada Dony dan Daniar.
"Pak Alan baru selesai mengajar di Pasca?" Tanya Dony saat mengantar ke pintu.
"Iya Don. Oh ya, laporan praktikum mahasiwa minggu lalu yang sudah kamu periksa, tolong dikirim ke ruang saya besok pagi."