"Ya benar. Fase diam dan fase gerak dalam teknik analisa kromatografi merupakan dua komponen yang harus serasi. Hal ini karena akan menentukan hasil pemisahan komponen dengan waktu retensi yang saling berjauhan." Jawabku sambil menatap mata indah gadis di depanku ini. Mahasiswi penanya tampak puas dengan jawabanku. Dia mengucapkan terimakasih sambil tersenyum menawan.
Mahasiswa farmasi harus terampil melakukan pekerjaan analisa di laboratorium dengan metode kromatografi, teknik pemisahan komponen zat farmasi dengan menggunakan instrumen analisa. Salah satu alat canggih yang kerap digunakan adalah High Performance Liquid Chromatography (HPLC).[1]
Aku sangat terkesan dengan gadis itu bukan karena pertanyaannya tapi justru karena sosoknya. Siapakah dia? Aneh, ada rasa rindu yang terungkap ketika aku memandang wajah lembut gadis itu. Rindu kepada Diana Faria, yang sudah menahun tersembunyi jauh di dalam hati, seolah menyeruak kembali kepermukaan ketika memandang wajah gadis itu.
Sejak memberikan kuliah yang pertama itu, aku selalu ingin cepat-cepat untuk bertemu lagi dengan gadis yang mirip dengan Diana Faria. Mata kuliah yang aku berikan pada program sarjana memang hanya seminggu sekali. Jadi, jika ingin jumpa lagi dengannya harus menunggu satu pekan. Sebagai dosen senior, aku memang lebih banyak mengisi program kuliah pada pasca sarjana dan hanya sedikit mengisi mata kuliah untuk program S1.
Hari ini aku kembali bertemu Rabu. Ketika aku memasuki ruang kuliah, mahasiswa sudah siap mendengarkan presentasiku. Aku memulai presentasi sambil sesekali mengamati wajah gadis yang mirip Diana Faria itu.Â
Dia duduk di depan seperti sesi kuliah minggu lalu. Ada semangat lebih ketika aku memberikan mata kuliah kali ini. Dan waktupun seperti cepat berlalu ketika akhirnya sesi kuliahku itu harus berakhir. Â Â
"Minggu depan mulai praktikum. Jadwal lengkap dengan kelompok dan asisten praktikum sudah bisa kalian lihat pada papan pengumuman fakultas." Aku mengakhiri presentasi kuliah hari ini dengan pemberitahuan jadwal praktikum di laboratorium.
Para mahasiswa pun berhamburan keluar ruangan termasuk gadis yang berwajah mirip Diana Faria. Jadwal praktikum sudah dimulai hari Senin artinya ada kesempatan bertemu rutin dengan gadis itu selain pada hari Rabu. Dan entah kenapa aku merasa begitu bahagia.
Di ruang kerjaku, usai makan siang, aku bermaksud menyelesaikan makalah untuk simposium farmakologi di Bandung. Namun kembali tertunda ketika Daniar, mahasiswa bimbinganku muncul di ambang pintu ruang kerjaku yang dibiarkan terbuka. Daniar mohon izin untuk konsultasi skripsi.
"Maaf Pak Alan, mengganggu," kata Daniar sambil masuk dan menghampiri meja kerjaku. Aku mempersilakannya duduk. Daniar menyerahkan draft skripsinya yang sebulan lalu aku revisi.
"Oh ya Niar, apakah persiapan praktikum sudah final, tidak ada masalah kan?" Tanyaku sambil membuka lembaran drarft skripsinya. Daniar adalah salah satu asisten praktikum mata kuliahku bersama dengan mahasiswa lainnya, Dony. Mereka adalah mahasiswa tingkat skripsi yang kuberi kepercayaan menjadi asisten praktikum Instrumen Analisa Kimia.