Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Obsesi Dosen Jomblo

12 Januari 2020   15:02 Diperbarui: 16 September 2020   15:07 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Echinacea flower (Foto Anantapuspita.wordpress.com)

Aku kehilangan Diana Faria, gadis yang sangat kucintai, karena kecelakaan lalu lintas. Setelah dirawat secara intensif selama beberapa hari, akhirnya Diana tidak sanggup bertahan. Diana Faria menghembuskan nafas terakhirnya persis seminggu sebelum hari pernikahan kami. 

Hari Rabu itu, untuk pertama kalinya aku memberikan mata kuliah tentang Instrumen Analisa Laboratorium di Ruang Fakultas Farmasi Lantai dua. Ada sekitar 50 orang mahasiswa semester tujuh yang hadir dalam sesi kuliah pagi itu.

Mata kuliah ini dan Praktikumnya, wajib mereka ikuti pada semester tujuh karena sangat berguna untuk para mahasiswa yang nanti pada awal semester delapan sudah mulai mengambil penelitian untuk skripsi.

BACA JUGA : Harapan Tinggi Dosen Jomblo

Aku memperhatikan sekeliling kelas. Suasana begitu tenang dan mahasiswa dengan wajah-wajah yang baru kukenal, terlihat antusias mengikuti presentasi yang aku berikan pada kuliah pertama mereka. Suasana kuliah terasa sangat hangat ketika memasuki sesi bertanya jawab. Tidak diduga pada sesi ini sangat menarik minat mahasiswa untuk bertanya. Aku juga sangat antusias menjawab semua pertanyaan mereka.

"Masih ada yang ingin ditanyakan? Atau semuanya sudah jelas?" Kataku dengan suara lantang di depan kelas dalam suasana seakan bungkam. Suasana hening beberapa saat. Mungkin jika saja ada jarum jatuh ke lantai maka suaranya bisa terdengar jelas. Tetapi ketika aku mau menyudahi sesi kuliah ini, tetiba seorang mahasiswi mengangkat tangannya.

"Masih boleh bertanya Pak?" Tanya seorang mahasiswi sambil mengangkat tangannya. Aku sejenak memandang ke arah suara mahasiswi itu. Untuk sesaat aku terperanjat ketika melihat wajahnya. Benarkah ada Diana Faria di sini? Tanyaku dalam hati. Gadis ini sungguh memiliki kelembutan wajah yang mirip Diana Faria.

"Ya! Silakan!" Kataku masih tetap tak berkedip memandang gadis berwajah lembut itu. Sungguh aku terpana menatap wajah cantik dengan bola mata yang indah, dan memiliki tatapan yang tajam seolah mampu menembus hatiku. Seperti tatapan mata sejuk Diana Faria.

"Apakah untuk senyawa karbohidrat diperlukan kolom fase diam yang berbeda jika fase geraknya berbeda?" Tanya gadis itu sambil memandangku.

Aku memandangnya dan aku melihat wajah itu adalah Diana Faria bahkan kelembutan suaranya juga benar-benar mirip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun