"Aku sengaja lewat laboratorium kimia dan aku lihat kamu belum pulang. Hen, kamu sendirian?. Kemana Alan? " tanya gadis manis itu.
"Alan pamit duluan mau jemput adiknya!" kataku.
"Oh ya Hen besok mungkin aku akan kerja lembur sampai malam di laboratorium karena data yang sangat segera diperlukan. Kamu mau menemani?" tanya Aini.
"Baik Aini aku siap menemani!"
"Kamu nggak punya acara? Kalau ada acara tidak apa-apa, aku sendirian saja!"
"Aku besok tidak ada acara!"
Aini Mardiyah adalah teman baik Erika. Mereka bersahabat layaknya seperti saudara sekandung. Aini Mardiyah, gadis berjilbab berhidung mancung berkulit putih dan bermata indah, berbibir tipis manis jika tersenyum.Â
Dia adalah muslimah yang sempurna, cerdas, menguasai ilmu kimia dan ilmu agama sama baiknya, berakhlak mulia. Indikatornya adalah dia banyak temannya.Â
Jika laki-laki suka sama dia itu adalah hal yang wajar karena Aini memang gadis cantik, tapi ini lebih istimewa lagi karena hampir semua teman wanitanya juga menyukai Aini.Â
Keramahan, keakraban, kesetiakawanan, tutur kata, tutur sapa yang santun menunjukkan bahwa Aini berakhlak mulia. Selama aku dirundung sedih ketika Erika harus pergi dariku, Aini banyak membantuku untuk tetap semangat, tidak boleh putus asa.
"Hensa! orang yang berputus asa terhadap pertolongan Allah adalah termasuk orang yang kafir!" kata Aini suatu hari saat kami berbincang berdua tentang firman Allah dalam Al-Quran tersebut.Â