Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Peringkat Hitam

29 November 2017   16:15 Diperbarui: 29 November 2017   17:02 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku benar-benar pasrah dan hanya bisa termenung lesu sambil memandang Solihin dengan pandangan yang dungu dan kosong seperti orang tak punya jiwa.  

"Tunggu dulu, " kataku memecah keheningan. "Walau bagaimanapun target cemaran air buangan kita nantinya harus tetap diupayakan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan oleh pihak Lingkungan hidup. Paling tidak untuk musim giling mendatang Instalasi Pengolah Air Limbah kita sudah beroperasi dengan baik sehingga tidak perlu lagi negosiasi seperti yang dilakukan kali ini!" Aku mencoba menegaskan komitmen ini kepada Solihin, Kabag Pabrikasi yang bertanggung jawab menangani masalah ini.

Mungkin kata kata itu hanya menimbulkan kelegaan sesaat dan setelah itu rasa resah kembali menghujam lubuk hati ini. Kaki ini seperti tidak berpijak di bumi dan aku merasakan seperti menjadi asing dengan diriku sendiri.

"Jangan kuatir Pak. Saya dan kawan-kawan akan tetap melanjutkan komitmen agar program IPAL kita tetap sukses karena ini juga menjadi sorotan pihak Direksi" kata Solihin dengan nada mantap.

Tapi kalimat itu tidak pernah berhasil menghiburku. Entah rasa sesal seperti apa yang aku rasakan. Atau rasa lega seperti apa. Namun yang jelas aku merasa seperti kehilangan diriku sendiri.

Dalam seminggu ini apa yang telah aku putuskan masih terus menghantui perasaanku. Bagaimana tidak, tindakan dan keputusanku itu telah mencederai prinsip-prinsip moral yang selama ini aku pegang teguh. Atau memang selama ini sebenarnya aku ini sok moralis, sok idealis, sok suci. Padahal aslinya adalah sosok yang munafik  yang hanya mementingkan ego sesaat. Entahlah, aku benar-benar tidak tahu. Rasa gundah ini tetap menggelayuti relung hatiku.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku benar-benar tak berdaya. Hari ini adalah hari penuh dengan kegundahan. Ternyata aku hanya manusia biasa yang tidak luput dari salah dan dosa. Entah kapan aku ingin memperbaiki kesalahan langkah ini. Entah kapan, mungkin suatu hari jika usiaku masih tersisa.

Ditengah tengah rasa gundah itu ada satu kabar gembira yang patut aku syukuri. Produksi gula terus meningkat dan tentu saja pendapatan pada musim giling ini juga terus meningkat, begitu laporan Kabag Tata Usaha Keuangan. 

Pasokan tebu hingga giling hari ini tetap lancar seperti dilaporkan Kabag Tanaman. Pabriknya sendiri juga berjalan tanpa hambatan dengan jumlah jam berhenti relatif sedikit, demikian laporan Kabag Pabrikasi. Semua peralatan pabrik hingga giling hari ini memiliki unjuk kerja yang baik, seperti yang dilaporan Kabag Instalasi.

Hari ini semua laporan begitu indah terdengar tapi mengapa hatiku tetap gundah? Entahlah. Mungkin gara Peringkat Hitam.  

Bandung 29 November 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun