Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tebu Terbakar

23 November 2017   11:52 Diperbarui: 29 November 2017   16:30 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

NOVEL PESONA BUNGA TEBU

Episode 4

TEBU TERBAKAR

Dua bulan terakhir ini cuaca panas sedang melanda beberapa daerah. Sudah banyak kebun-kebun tebu dilanda kekeringan termasuk kebun-kebun yang merupakan tanggung jawab kelola pabrik gula kami.  Tebu-tebu banyak yang mengering seperti dilaporkan Kepala Bagian Tanaman yaitu Ir Budiman. Di ruangan Administratur Pabrik Gula itu, Budiman melaporkan kondisi kebun-kebun tebu yang mengering dan rawan kebakaran. Aku mendengarkan laporannya dengan seksama dan meberikan intruksi agar segera dibuatkan laporan tertulis untuk kupertanggung jawabkan kepada Direksi.

"Rayon di desa Ngaglik malah kemarin terbakar hampir setengah hektar. Kita berhasil mengisolasi api ke kebun sebelahnya!" lapor Budiman.

"Penyebab kebakaran sudah diketahui?" tanyaku.

"Belum Pak. Tapi kemungkinan akibat puntung rokok yang dibuang sembarangan!" Budiman menjelaskan.

"Sebaiknya lakukan kordinasi yang menyeluruh dengan bagian pabrikasi dan atur ulang manajemen tebang !" kataku memberikan arahan.

"Baik Pak. Siang ini nanti Bagian Tanaman akan rapat lengkap" kata Budiman.

Kebun tebu terbakar seperti tahun lalu juga terjadi karena keadaan kekeringan yang panjang namun bisa dikendalikan. Semoga kejadian kemarin adalah kejadian yang terakhir dan tidak terulang lagi ada tebu terbakar.

Sempat aku menelpon Brotodewo - Ketua Asosiasi Petani Tebu di daerah itu. Broto berjanji akan mensosialisasikan tentang pengawasan kebun tebu milik para petani agar aman dari kemungkinan kebakaran.

Pagi sekali Brotodewo sudah ada di ruang tunggu Sekretarisku. Aku persilahkan beliau untuk masuk ke Ruang Administratur. Pembicaraan pagi itu langsung pada pokok persoalan tentang tebu terbakar tadi malam.

"Begini Pak lokasi tebu terbakar tadi malam berdekatan dengan lokasi yang terbakar kemarin. Saya menduga ini ada tindakan sabotase" suara Brotodewo.

"Kenapa bisa begitu? Apakah ada indikasi kearah sabotase?" tanyaku.

"Saya hanya feeling saja Pak. Lima tahun yang lalu juga terjadi di sector kebun tebu yang sama. Saat itu akhirnya pelaku tertangkap basah sengaja membuang puntung rokok dan dibiarkan api menjalar melalap tanaman tebu" kata Broto. Aku termenung sejenak. Kemudian ingat ada seorang Sinder Kebun yang persis bercerita seperti ini.

"Tolong Pak Broto bisa bantu saya untuk menyelidiki lebih lanjut.Mungkin punya informan yang bisa diandalkan di daerah itu" kataku.

"Baik Pak Pras. Saya akan coba menghubungi orang-orang saya. Oh ya ada beberapa tebu yang bisa diselamatkan dari kebakaran tersebut walaupun kondisinya sudah agak rusak tapi para petani minta agar tebu tersebut bisa masuk PG" kembali suara permintaan Brotodewo, Ketua Asosiasi Petani Tebu.

"Ya Pak Broto. Kepala Pabrikasi sudah menanganinya" kataku.

"Terima kasih Pak. Kalau begitu saya nyuwun pamit dulu" kata Brotodewo berpamitan sambil menyalami tanganku.

Sehari sebelumnya aku juga sempat berbincang dengan Kabag Pabrikasi, Solihin. Dia adalah seorang senior di pabrik gula ini dibandingkan dengan pejabat-pejabat selevel lainnya. Usianya hampir sepuluh tahun lebih tua dariku. Bahkan selentingan aku pernah mendengar dikalangan  Direksi kalau dirinya yang sebenarnya sebagai calon Administratur di Pabrik Gula ini. Saat itu pertama kali aku bertugas di pabrik gula ini memang ada rasa yang mengganjal terhadap seorang Solihin ini namun segera saja aku buang jauh jauh pikiran sampah tersebut.  

Mencoba berfikir apakah sabotase tebu terbakar ini berhubungan dengan apa? Jika itu sabotase yang rugi langsung adalah para petani tebu. Pabrik gula juga tentu saja rugi karena produksinya turun. Berkurangnya pasokan bahan baku tebu juga akan mengurangi pendapatan petani secara tidak langsung. Ada satu hal lagi dampak serius dari tebu terbakar yaitu kualitas tebu yang sangat rendah. Tebu terbakar yang digiling, bisa menimbulkan kesulitan dalam proses kristalisasi. Dalam proses antaranya akan membentuk gumpalan yang sulit mengkristal menjadi gula pasir. Dampak ini sudah aku sampaikan kepada Solihin, Kepala Pabrikasi agar diperhatikan dengan baik kondisi pada stasiun kristalisasi.

Sosok Solihin sebagai orang lama yang berkecimpung dalam seluk belum pengolahan gula sangat aku andalkan bisa menangani problem ini.  Pengalamannya  dengan jam terbang yang panjang sebenarnya sudah cukup untuk Solihin menjadi salah satu Administratur di Perusahaan Gula ini.

Siang itu aku sengaja melakukan kunjungan ke dalam pabrik terutama melihat bagian proses kristalisasi gula dengan ditemani oleh Kabag Pabrikasi, Solihin.

"Inilah Pak gula pasir yang dihasilkan dari bahan baku tebu terbakar tadi malam, " kata Solihin sambil tangannya mengambil gula pasir dari karung yang masih belum disegel. Aku memperhatikan gula pasir itu warnanya tidak begitu putih, mungkin masuk kategori di bawah standar SNI.

"Warnanya agak coklat ya Pak Solihin" komentarku sambil memperhatikan gula pasir yang digenggam Solihin. Aku sebenarnya ingin melihat dampak yang ditimbulkan di stasiun kristalisasi ini akibat bahan baku tebu terbakar. Solihin hanya menjelaskan sejauh ini masih aman tidak ada kendala gumpalan zat dextran yang ditakutkan timbul di sana.

"Oh ya Pak Pras, kemarin ada Pak Brotodewo menghadap?"

"Iya membicarakan kordinasi tebang terutama pencegahan tebu terbakar" kataku menjelaskan. Solihin kelihatan terdiam namun seperti ada hal penting yang hendak dikatakan.

"Ada apa Pak Solihin? Kelihatannya ada yang mau disampaikan"tanyaku. Pertanyaanku rupanya sedikit mengejutkannya dilihat dari raut muka yang gugup.

"Tidak apa-apa Pak, " kata Solihin. "Hanya saja saya ingin mengatakan tahun lalu biang kebakaran tebu itu akibat ulah dari anak buahnya Brotodewo. Sengaja dilakukan agar kebun tebu miliknya menjadi pilihan pertama tebang." Mendengar penjelasan ini tentu saja aku terkejut dan tidak menyangka jika tebu terbakar yang terjadi sekarangpun jangan-jangan memang ulah dari Brotodewo.

Informasi dari Solihin ini tentu saja sangat penting dan aku harus meyakini dan mempercayai stafku sendiri. Benar-benar diluar dugaan jika hal tersebut benar-benar terjadi, sungguh aku sangat kecewa dengan ulah Brotodewo yang selama ini merupakan mitra bagi pabrik gula.

Persoalan tebu terbakar ini benar-benar telah menguras pikiranku. Diluar jam kerjapun aku masih terus intensif mengawasi kegiatan proses di pabrik dengan cara komunikasi dengan staf dan kabag yang bertugas.

Malam itu baru saja aku selesai makan malam ketika sebuah nada panggilan dari hand phone. Rupanya Brotodewo menyampaikan kabar terbaru tentang tebu terbakar. Broto minta izin bertemu denganku. Hanya berselang tidak sampai lima menit Brotodewo sudah berada di teras dengan ditemani Satpam penjaga Rumah Dinas Administratur. Ternyata Broto tidak sendiri, dia membawa seseorang. Mereka aku persilahkan duduk di ruang tamu.

"Maaf Pak Administratur kami mengganggu istirahatnya Bapak" kata Broto berbasa-basi. Kemudian dia memperkenalkan lelaki yang ikut bersamanya. Lelaki itu rupanya saksi mata ketika ada seseorang dengan sengaja membakar kebun tebu.

"Iya betul Pak. Saya menyaksikan sendiri bahkan berhasil menangkap orang tersebut bersama teman-teman petani. Orang yang membakar kebun tebu itu mengaku anak buahnya Pak Solihin."

Saksi yang di bawa oleh Brotodewo itu berkata tegas dengan penuh keyakinan dan bersumpah jika berbohong maka dia bersedia dibakar bersama dengan tebu-tebu di kebunnya.

Episode 3

BERSAMBUNG EPISODE 5

#hensa23112017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun