"Toni! Toni!! Apa yang terjadi," Tino datang membopongku. Dan aku sudah berada jauh dari posisi Bondan yang masih pulas tertidur.
Sesaat aku merasakan bau anyir keluar dari hidungku. Toni mengkhawatirkanku.
"Sudah Ton, sudah. Dia sudah memilih. Aku pasrah."
Sesaat aku memegang lengan Tino persis seperti tadi aku memegang lengan Bondan dengan keras.
"Pejamkan mata! Dan tahan napasmu!!" Tino melakukan apa yang kuminta.
Sejenak Tino terhenyak. Kepalanya menggeleng. Sahabat karibnya itu mesra dengan seorang wanita.
"Itu bukan Delisa," gumamnya.
"Sari!!"
Tino mengangguk.
"Mungkinkah ia kembali?"
"Entahlah!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!