Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Purna Janji

7 Januari 2025   08:54 Diperbarui: 7 Januari 2025   09:03 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini sudah suratanku Mas. Bukankah Mas Toni sudah berjanji semua selesai malam ini?"

Sebetulnya aku berdiri dengan keadaan yang merinding. Ini pertama kali aku menjumpai sesosok makhluk dari alam yang berbeda. Akan tetapi, suara lembut gadis itu membuatku tampak sedikit agak kuat.

"Selama ini aku tak sanggup mengatakan pada wanita itu. Ini sudah lewat satu tahun. Aku juga ingin Sari kembali dengan tenang," ujar Toni mencoba bangkit dan memegang pundakku dengan kedua tangannya.

Aku menyambut tangan kawanku itu. Namun, jantungku tiba-tiba berdegup tak beraturan saat sorot mata gadis itu menatap wajahku. Seketika kilatan cahaya menyilaukan pandanganku.

Semenjak kejadian tempo itu, Bu Sarah tidak mau keluar rumah. Kebahagiaan bersama putrinya direnggut oleh sesosok pria biadab yang tidak terima cinta di hatinya ditolak Sari. Di kamar tepat aku berdiri, di sini Sari dihabisi. Foto-foto penuh senyum bersama Toni, disobek pria biadab itu. Seolah tidak terima pujaan hatinya bersanding Toni.

Tak puas menyaksikan Sari tak bernyawa pria biadab itu kemudian menghabisi dirinya sendiri. Ia ingin mengejar Sari hingga ke dunia tanpa ruang dan waktu. Tapi nahas, pria biadab itu justru tak menemukan Sari.

Berita berkembang, rumah Bu Sarah kerampokan. Ada juga yang bilang Sari bertepuk sebelah tangan. Hingga suatu ketika Toni masuk ruang penyidikan. Akan tetapi, Toni tidak terbukti melakukan perbuatan keji itu. Tidak ada ujung pangkal akhir dari tragedi itu.

Sejak saat itu Toni berusaha mencari kebenaran cerita, tetapi ia malah bertemu arwah Sari. Sesaat kilatan cahaya yang menyilaukan mataku lamat-lamat memudar. Aku masih memandang Sari. Sorot matanya seolah menyimpan harapan.

Sesaat aku mengalihkan pandangan, aku bergegas menemui Bu Sarah. "Ada yang ingin bertemu dengan Anda. Semoga malam ini menjadi jalan yang terbaik sehingga Sari kembali dengan tenang."

Bu Sarah mengangguk. Sari menampakan wujud. Tanpa rasa takut Bu Sarah menyambut buah hatinya, dipeluknya lama gadisnya itu. Tasbih di tangannya terus berputar. Ia masih terus merapalkan doa-doa. Sesaat Sari tampak bercahaya, ia pun berpamit untuk kembali. Bu Sarah tampak ikhlas melepas Sari kali ini.

Aku dan Toni hanya bisa berdiri dan menunduk. Kusaksikan gaun putih panjang itu terseret mundur mendekati Toni. Sari menggenggam tangan Toni untuk terakhir kali. Kemudian tersenyum kepadaku. Tak berselang lama lalu melambaikan tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun