Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Seikat Daduk dan Sebatang Tebu

15 Desember 2024   10:27 Diperbarui: 15 Desember 2024   16:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Sesampainya bocah itu di pelataran rumah, ia mungkin mengira Penjaga tebu datang dan melapor kepada ayah dan kakeknya dari apa yang baru saja ia lakukan di ladang tebu tadi.

Sesaat ayahnya menyambut seikat tebu yang dipikul bocah itu, menaruhnya di gudang dan membawanya duduk di kursi bambu. Mengetahui cucunya baru datang, dan tampak lemas, Supeng menuangkan segelas air tebu yang masih segar. Si Bocah mendadak bengong.

"Dua botol air tebu ini, khusus buat kau katanya." Bocah itu meminumnya pelan-pelan.

"Iya, Kak. Baru saja Pak Rusdi datang." Teriak adiknya asyik membuka bungkus kresek besar yang penuh dengan aneka jajan.

"Aigh! Akrab kali kau dengan Pak Rusdi!!" timpal Supri kepada anaknya itu.

Bocah itu masih belum mengerti apa maksudnya ini, sesaat ia berubah tampak riang, kemudian loncat-loncat kegirangan.

Rusdi belum jauh dari tempat itu menyaksikan tawa penuh bahagia dengan perasaan paripurna. Sebetulnya, apa yang ia lakukan hanya mengulang seperti tempo itu Supeng memperlakukan pada dirinya sama persis.

***

TAMAT

Catatan
Daduk: Daun kering yang melekat pada batang tebu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun