"Tangan di atas. Ayo cepat tangan di atas." Ujar personil sambil mengacungkan pistol.
Djarot dan Urip patuh tanpa perlawanan. "Salah kami apa Pak?" tanya Urip sedikit menunduk.
"Kami dari kesatuan narkotika mencium bau-bau keterlibatan kalian menggunakan barang haram." Jelas salah satu personil sambil mengacungkan pistol.
Suro tampak gelisah dan coba untuk berusaha kabur, tapi sayang gelagatnya terbaca oleh salah satu dari personil kemudian dengan mudah melumpuhkan. Suro pun terkapar di tanah dengan posisi tangan di belakang lalu diborgol. "Salahku opo, salahku opo," gumam Suro terus begitu.
"Rot! Kurang ajar kau," bentak Urip melototi kawannya itu karena barang haram. "Ini fitnah. Ini setingan, jelas sekali ini fitnah." Teriak Djarot tak karuan omongannya.
"Selesaikan di kantor saja Tuan-tuan," Ujar Komandan tenang.
Dengan cepat beberapa personil memborgol Djarot dan Urip yang sembari sambat. "Bisa pelan Pak! Ini sakit sekali."
Tetapi para personil tak peduli dan mereka bertiga digiring masuk mobil rantis yang dalamnya dikelilingi jeruji besi.
Enam orang di meja kotak tadi sedikit lega, napas panjang terdengar lepas dari hidung. Tak lama berselang satu komandan menghampiri sambil menunjukan sepucuk kertas bertulis tinta hitam.
"Menindaklanjuti surat ini. Kami dari satuan anti rasuah menangkap tuan-tuan berenam. Untuk pembelaan silakan  di kantor saja," ujar Komandan tegas dan mantap.
Beberapa personil segera memborgol mereka berenam. Cukup mudah walau sedikit ada perlawanan ringan. Dengan langkah cepat satu persatu masuk mobil rantis yang berbeda dari Djarot.
Di perjalanan Djarot mengeluh kesakitan karena borgol besi. Dan dalam mobil rantis itu ada lima personil bersenjata yang di depan ada dua, satu sopir dan satu pendamping. Sedang di belakang ada tiga personil yang dari mereka tersenyum dan tertawa-tawa.