Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pantomim

8 April 2022   10:35 Diperbarui: 8 April 2022   10:49 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***
Sore itu, satu jam sebelum memasuki waktu magrib aku berkemas-kemas. Hasil dari pekerjaanku memang tak seberapa tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kampung perut hingga esok pagi.

Tapi di hari-hari sebelumnya, aku selalu tampil maksimal hingga sepuluh menit sebelum memasuki azan magrib. Namun untuk hari ini tidak, sekitar pukul 16:30 tadi, beberapa pemuda berpenampilan kaos berkerah dengan setelan jas bertempel logo akademik mendatangiku, tentunya itu sudah pasti pakaian almamater.

Tak lama mereka memperkenalkan diri dan berbincang-bincang singkat denganku. Beberapa dari mereka kemudian menawarkan kerja sama, kiranya aku berkenan untuk ikut serta dalam acaranya, yaitu pertunjukan teater gerakan tubuh serta ekspresi wajah yang diadakan di sebuah aula kampus dalam rangka memperingati hari jadi di unit kegiatan yang mereka naungi.

Tentu saja dengan senang hati aku mengiyakan tawaran tersebut. Sebuah kesempatan yang tak mungkin aku tolak begitu saja. Keinginanku untuk bisa masuk kampus paling tidak terpenuhi, ya walaupun hanya sekedar tampil untuk beberapa saat saja.

Sebenarnya, aku merasa gugup. Hatiku selalu bertanya-tanya perihal apa yang membuat mereka memberiku sebuah kesempatan untuk tampil di acaranya itu. Aku melakukan pekerjaan ini hanya bermodal dari tontonan di media sosial. Nggak ada tuntunan teknik khusus yang aku mengerti. Bahwa bermula harus seperti ini dan kemudian seperti itu. Aku hanya mempelajarinya autodidak saja.

***
Setelah kejadian sore itu, betul-betul membuat hatiku selalu bertanya-tanya. Bukan karena aku gugup bakal tampil dan disaksikan belasan mahasiswa. Tapi soal apakah sudah benar yang kulakukan selama ini dengan pekerjaan yang telah menghidupiku selama satu dekade ini. Bila soal disaksikan oleh siapa pun bagiku tak jadi masalah. Itu sudah menjadi makananku sehari-hari.

Daripada waktuku terbuang hanya karena pikiran galau tersebut, ada baiknya aku menanyakan kepada kawanku saja. Biasanya dia pasti hadir jika aku betul-betul menghadapi sebuah kebimbangan. Biasanya sih, biasanya. Tapi jika dia tak juga hadir aku cukup menggunakan jurus lama, yaitu dengan teriakan yang melengking. Oke, aku panggil dia kali in...

Sudah-sudah, cukup, tak usah kau keluarkan teriakanmu itu, ayo segera katakan apa yang menjadi kebimbangan dalam dirimu kali ini.

Hmm, kemana saja kau kawan. Apa kau tak tahu beberapa hari yang lalu aku mendapatkan tawaran dari...

Aih, kau pikir aku buta dan tuli begitu! Sudahlah, ayo, apa yang ingin kau luapkan kali ini?

Aku harus memulai darimana kawan! Sedang aku tak tahu gerakan apa yang harus kulakukan untuk mengawali pertunjukan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun